Tuesday, April 24, 2007

Teori Bingung Alam Semesta

Alam semesta bukanlah sesuatu yang diciptakan. Jika ia diciptakan, ia sudah pasti diciptakan oleh Tuhan dengan seketika dan dari ketiadaan, begitu ditulis filosof materialis George Politzer, dalam bukunya Principes Fondamentaux de Philosophie. Hanya gara-gara fanatik pada keyakinannya bahwa Tuhan tidak ada para ilmuwan seperti Politzer ngotot mempertahankan pendapat, bahwa alam semesta bukanlah sesuatu yang diciptakan. Melainkan ada begitu saja, dengan sendirinya. Para penganut materalisme ini meyakini model alam semesta tak hingga sebagai dasar berpijak paham ateis mereka. Menurut mereka alam semesta adalah sesuatu yang diam, luas tak terbatas, tak berkembang, dan kekal, dari dulu sampai nanti. Inilah gagasan yang berkembang di abad ke-19. Selain meletakkan dasar berpijak bagi paham materialis, pandangan ini otomatis menolak keberadaan Sang Pencipta (Al-Khaliq) dan menyatakan bahwa alam semesta tidak berawal dan tidak berakhir. Materialisme adalah sistem berpikir yang meyakini materi sebagai satu-satunya keberadaan yang mutlak dan menolak keberadaan apapun selain materi. Berakar pada kebudayaan Yunani kuno, dan mendapat penerimaan yang meluas di abad ke-19. Sistem berpikir ini menjadi terkenal dalam bentuk paham Materialisme Dialektika Karl Marx. Ketika Politzer berpendapat bahwa alam semesta tidak diciptakan dari ketiadaan, ia berpijak pada model alam semesta statis abad ke-19, dan menganggap dirinya sedang mengemukakan sebuah pernyataan ilmiah. Lucunya, berbagai penemuan sains dan teknologi yang berkembang di abad ke-20 akhirnya meruntuhkan gagasan kuno yang dinamakan materialisme ini. Astronomi Mengatakan: Alam Semesta Diciptakan Pada tahun 1929, di observatorium Mount Wilson California, ahli stronomi Amerika, Edwin Hubble membuat salah satu penemuan terbesar di sepanjang sejarah astronomi. Ketika mengamati bintang-bintang dengan teleskop raksasa, ia menemukan bahwa mereka memancarkan cahaya merah sesuai dengan jaraknya. Hal ini berarti bahwa bintang-bintang ini bergerak menjauhi kita. Sebab, menurut hukum fisika yang diketahui, spektrum dari sumber cahaya yang sedang bergerak mendekati pengamat cenderung ke warna ungu, sedangkan yang menjauhi pengamat cenderung ke warna merah. Jauh sebelumnya, Hubble telah membuat penemuan penting lain. Bintang dan galaksi bergerak tak hanya menjauhi kita, tapi juga menjauhi satu sama lain. Satu-satunya yang dapat disimpulkan dari suatu alam semesta di mana segala sesuatunya bergerak menjauhi satu sama lain adalah bahwa ia terus-menerus mengembang. Agar lebih mudah dipahami, alam semesta dapat diumpamakan sebagai permukaan balon yang sedang mengembang. Sebagaimana titik-titik di permukaan balon yang bergerak menjauhi satu sama lain ketika balon membesar, benda-benda di ruang angkasa juga bergerak menjauhi satu sama lain ketika alam semesta terus mengembang. Sebenarnya, fakta ini secara teoritis telah ditemukan lebih awal. Albert Einstein, yang diakui sebagai ilmuwan terbesar abad ke-20, berdasarkan perhitungan yang ia buat dalam fisika teori, telah menyimpulkan bahwa alam semesta tidak mungkin statis. Tetapi, ia mendiamkan penemuannya ini, hanya agar tidak bertentangan dengan model alam semesta statis yang diakui luas waktu itu. Di kemudian hari, Einstein menyadari tindakannya ini sebagai ‘kesalahan terbesar dalam karirnya’. Apa arti dari mengembangnya alam semesta? Mengembangnya alam semesta berarti bahwa jika alam semesta dapat bergerak mundur ke masa lampau, maka ia akan terbukti berasal dari satu titik tunggal. Perhitungan menunjukkan bahwa ‘titik tunggal’ ini yang berisi semua materi alam semesta haruslah memiliki ‘volume nol‘, dan ‘kepadatan tak hingga‘. Alam semesta telah terbentuk melalui ledakan titik tunggal bervolume nol ini. Ledakan raksasa yang menandai permulaan alam semesta ini dinamakan ‘Big Bang‘, dan teorinya dikenal dengan nama tersebut. Perlu dikemukakan bahwa ‘volume nol‘ merupakan pernyataan teoritis yang digunakan untuk memudahkan pemahaman. Ilmu pengetahuan dapat mendefinisikan konsep ‘ketiadaan‘, yang berada di luar batas pemahaman manusia, hanya dengan menyatakannya sebagai ‘titik bervolume nol‘. Sebenarnya, ‘sebuah titik tak bervolume‘ berarti ‘ketiadaan‘. Demikianlah alam semesta muncul menjadi ada dari ketiadaan. Dengan kata lain, ia telah diciptakan. Fakta bahwa alam ini diciptakan, yang baru ditemukan fisika modern pada abad ke-20, telah dinyatakan dalam Al-Quran 14 abad lampau: Dia Pencipta langit dan bumi. (Al-An’aam: 101) Teori Big Bang menunjukkan, semua benda di alam semesta pada awalnya adalah satu wujud, dan kemudian terpisah-pisah. Ini diartikan bahwa keseluruhan materi diciptakan melalui Big Bang atau ledakan raksasa dari satu titik tunggal, dan membentuk alam semesta kini dengan cara pemisahan satu dari yang lain. Big Bang, Fakta Menjijikkan Bagi Kaum Materialis Big Bang merupakan petunjuk nyata bahwa alam semesta telah ‘diciptakan dari ketiadaan‘, dengan kata lain ia diciptakan oleh Allah. Karena alasan ini, para astronom yang meyakini paham materialis senantiasa menolak Big Bang dan mempertahankan gagasan alam semesta tak hingga. Alasan penolakan ini terungkap dalam perkataan Arthur Eddington, salah seorang fisikawan materialis terkenal yang mengatakan: Secara filosofis, gagasan tentang permulaan tiba-tiba dari tatanan Alam yang ada saat ini sungguh menjijikkan bagi saya. Seorang materialis lain, astronom terkemuka asal Inggris, Sir Fred Hoyle termasuk yang paling merasa terganggu oleh teori Big Bang. Di pertengahan abad ke-20, Hoyle mengemukakan suatu teori yang disebut Steady-state yang mirip dengan teori ‘alam semesta tetap‘ di abad ke-19. Teori Steady-state menyatakan, alam semesta berukuran tak hingga dan kekal sepanjang masa. Dengan tujuan mempertahankan paham materialis, teori ini sama sekali berseberangan dengan teori Big Bang, yang mengatakan bahwa alam semesta memiliki permulaan. Mereka yang mempertahankan teori steady-state telah lama menentang teori Big Bang. Namun, ilmu pengetahuan justru meruntuhkan pandangan mereka. Pada tahun 1948, Gerge Gamov muncul dengan gagasan lain tentang Big Bang. Ia mengatakan, setelah pembentukan alam semesta melalui ledakan raksasa, sisa radiasi yang ditinggalkan oleh ledakan ini haruslah ada di alam. Selain itu, radiasi ini haruslah tersebar merata di segenap penjuru alam semesta. Bukti yang ‘seharusnya ada‘ ini pada akhirnya diketemukan. Pada tahun 1965, dua peneliti bernama Arno Penziaz dan Robert Wilson menemukan gelombang ini tanpa sengaja. Radiasi ini, yang disebut ‘radiasi latar kosmis‘, tidak terlihat memancar dari satu sumber tertentu, akan tetapi meliputi keseluruhan ruang angkasa. Demikianlah, diketahui bahwa radiasi ini adalah sisa radiasi peninggalan dari tahapan awal peristiwa Big Bang. Penzias dan Wilson dianugerahi hadiah Nobel untuk penemuan mereka. Pada tahun 1989, NASA mengirimkan satelit Cosmic Background Explorer [COBE] ke ruang angkasa untuk melakukan penelitian tentang radiasi latar kosmis. Hanya perlu 8 menit bagi COBE untuk membuktikan perhitungan Penziaz dan Wilson. COBE telah menemukan sisa ledakan raksasa yang telah terjadi di awal pembentukan alam semesta. Dinyatakan sebagai penemuan astronomi terbesar sepanjang masa, penemuan ini dengan jelas membuktikan teori Big Bang. Bukti penting lain bagi Big Bang adalah jumlah hidrogen dan helium di ruang angkasa. Dalam berbagai penelitian, diketahui bahwa konsentrasi hidrogen-helium di alam semesta bersesuaian dengan perhitungan teoritis konsentrasi hidrogen-helium sisa peninggalan peristiwa Big Bang. Jika alam semesta tak memiliki permulaan dan jika ia telah ada sejak dulu kala, maka unsur hidrogen ini seharusnya telah habis sama sekali dan berubah menjadi helium. Segala bukti meyakinkan ini menyebabkan teori Big Bang diterima oleh masyarakat ilmiah. Model Big Bang adalah titik terakhir yang dicapai ilmu pengetahuan tentang asal muasal alam semesta. Begitulah, alam semesta ini telah diciptakan oleh Allah Yang Maha Perkasa dengan sempurna tanpa cacat: Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihtatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang. (Al-Mulk:3) Ledakan yang Membentuk Kesempurnaan Segala bukti meyakinkan di atas telah menyebabkan teori Big Bang diterima oleh masyarakat ilmiah. Model Big Bang adalah titik terakhir yang dicapai ilmu pengetahuan tentang asal muasal alam semesta. Begitulah, alam semesta ini telah diciptakan oleh Allah Yang Maha Perkasa dengan sempurna tanpa cacat dari ketiadaan. Dennis Sciama, yang selama bertahun-tahun bersama Sir Fred Hoyle mempertahankan teori Steady-state, yang berlawanan dengan fakta penciptaan alam semesta, menjelaskan posisi akhir yang telah mereka capai setelah semua bukti bagi teori Big Bang terungkap. Sciama menyatakan bahwa ia mempertahankan teori Steady-state bukan karena ia menanggapnya benar, melainkan karena ia berharap bahwa inilah yang benar. Sciama selanjutnya mengatakan, ketika bukti mulai bertambah, ia harus mengakui bahwa permainan telah usai dan teori Steady-state harus ditolak. Prof George Abel dari Universitas California juga menerima kemenangan akhir Big Bang dan menyatakan bahwa bukti yang kini ada menunjukkan bahwa alam semesta bermula milyaran tahun silam melalui peristiwa Big Bang. Ia mengakui bahwa ia tak memiliki pilihan kecuali menerima teori Big Bang. Dengan kemenangan Big Bang, mitos ‘materi kekal’ yang menjadi dasar berpijak paham materialis terhempaskan ke dalam tumpukan sampah sejarah. Lalu keberadaan apakah sebelum Big Bang; dan kekuatan apa yang memunculkan alam semesta sehingga menjadi ‘ada’ dengan ledakan raksasa ini saat alam tersebut ‘tidak ada’? Meminjam istilah Arthur Eddington, pertanyaan ini jelas mengarah pada fakta yang ‘secara filosofis menjijikkan’ bagi kaum materialis, yakni keberadaan sang Pencipta, alias The Creator, alias Al-Khaliq. Filosof ateis terkenal Antony Flew berkata tentang hal ini: Sayangnya, pengakuan adalah baik bagi jiwa. Karenanya, saya akan memulai dengan pengakuan bahwa kaum Ateis Stratonisian terpaksa dipermalukan oleh kesepakatan kosmologi zaman ini. Sebab, tampaknya para ahli kosmologi tengah memberikan bukti ilmiah bahwa alam semesta memiliki permulaan. Banyak ilmuwan yang tidak secara buta menempatkan dirinya sebagai ateis telah mengakui peran Pencipta yang Mahaperkasa dalam penciptaan alam semesta. Pencipta ini haruslah Dzat yang telah menciptakan materi dan waktu, namun tidak terikat oleh keduanya. Ahli astrofisika terkenal Hugh Ross mengatakan: Jika permulaan waktu terjadi bersamaan dengan permulaan alam semesta, sebagaimana pernyataan teorema ruang, maka penyebab terbentuknya alam semesta pastilah sesuatu yang bekerja pada dimensi waktu yang sama sekali tak tergantung dan lebih dulu ada dari dimensi waktu alam semesta. Kesimpulan ini memberitahu kita bahwa Tuhan bukanlah alam semesta itu sendiri, Tuhan tidak pula berada di dalam alam semesta. Begitulah, materi dan waktu diciptakan oleh sang Pencipta yang tidak terikat oleh keduanya. Pencipta ini adalah Allah, Dialah Penguasa langit dan bumi. Sebenarnya, Big Bang telah menimbulkan masalah yang lebih besar bagi kaum materialis daripada pengakuan Filosof ateis, Antony Flew. Sebab, Big Bang tak hanya membuktikan bahwa alam semesta diciptakan dari ketiadaan, tetapi ia juga diciptakan secara sangat terencana, sistematis dan teratur. Big Bang terjadi melalui ledakan suatu titik yang berisi semua materi dan energi alam semesta serta penyebarannya ke segenap penjuru ruang angkasa dengan kecepatan yang sangat tinggi. Dari materi dan energi ini, munculah suatu keseimbangan luar biasa yang melingkupi berbagai galaksi, bintang, matahari, bulan, dan benda angkasa lainnya. Hukum alam pun terbentuk yang kemudian disebut ’hukum fisika’, yang seragam di seluruh penjuru alam semesta, dan tidak berubah. Hukum fisika yang muncul bersamaan dengan Big Bang tak berubah sama sekali selama lebih dari 15 milyar tahun. Selain itu, hukum ini didasarkan atas perhitungan yang sangat teliti sehingga penyimpangan satu milimeter saja dari angka yang ada sekarang akan berakibat pada kehancuran seluruh bangunan dan tatanan alam semesta. Semua ini menunjukkan bahwa suatu tatanan sempurna muncul setelah Big Bang. Namun, yang namanya ledakan tidak mungkin memunculkan tatanan sempurna. Semua ledakan cenderung berbahaya, menghancurkan, dan merusak apa yang ada. Mulai dari ledakan gunung berapi sampai ledakan kompor di dapur, semua bersifat merusak. Karenanya, jika kita diberitahu tentang kemunculan tatanan sangat sempurna setelah suatu ledakan, kita dapat menyimpulkan bahwa ada campur tangan ‘cerdas’ di balik ledakan ini, dan segala serpihan yang berhamburan akibat ledakan ini telah digerakkan secara sangat terkendali. Sir Fred Hoyle, yang akhirnya harus menerima teori Big Bang setelah bertahun-tahun menentangnya, mengungkapkan hal ini dengan jelas: Teori Big Bang menyatakan bahwa alam semesta berawal dari satu ledakan tunggal. Tapi, sebagaimana diketahui, ledakan hanya menghancurkan materi berkeping-keping, sementara Big Bang secara misterius telah menghasilkan dampak yang berlawanan -yakni materi yang saling bergabung dan membentuk galaksi-galaksi. Tidak ada keraguan, jika suatu tatanan sempurna muncul melalui sebuah ledakan, maka harus diakui bahwa terdapat campur tangan Pencipta yang berperan di setiap saat dalam ledakan ini. Hal lain dari tatanan luar biasa yang terbentuk di alam menyusul peristiwa Big Bang ini adalah penciptaan ‘alam semesta yang dapat dihuni’. Persyaratan bagi pembentukan suatu planet layak huni sungguh sangat banyak dan kompleks, sehingga mustahil untuk beranggapan bahwa pembentukan ini bersifat kebetulan. Setelah melakukan perhitungan tentang kecepatan mengembangnya alam semesta, Paul Davis, profesor fisika teori terkemuka, meyakini bahwa kecepatan ini memiliki ketelitian yang sungguh tak terbayangkan. Davis berkata: Perhitungan jeli menempatkan kecepatan pengembangan ini sangat dekat pada angka kritis yang dengannya alam semesta akan terlepas dari gravitasinya dan mengembang selamanya. Sedikit lebih lambat dan alam ini akan runtuh, sedikit lebih cepat dan keseluruhan materi alam semesta sudah berhamburan sejak dulu. Jelasnya, Big Bang bukanlah sekedar ledakan zaman dulu, tapi ledakan yang terencana dengan sangat cermat. Fisikawan terkenal, Prof Stephen Hawking mengatakan dalam bukunya A Brief History of Time, bahwa alam semesta dibangun berdasarkan perhitungan dan keseimbangan yang lebih akurat dari yang dapat kita bayangkan. Dengan merujuk pada kecepatan mengembangnya alam semesta, Hawking berkata: Jika kecepatan pengembangan ini dalam satu detik setelah Big Bang berkurang meski hanya sebesar angka satu per-seratus ribu juta juta, alam semesta ini akan telah runtuh sebelum pernah mencapai ukurannya yang sekarang. Paul Davis juga menjelaskan akibat tak terhindarkan dari keseimbangan dan perhitungan yang luar biasa akuratnya ini: Adalah sulit menghindarkan kesan bahwa tatanan alam semesta sekarang, yang terlihat begitu sensitif terhadap perubahan angka sekecil apapun, telah direncanakan dengan sangat teliti. Kemunculan serentak angka-angka yang tampak ajaib ini, yang digunakan alam sebagai konstanta-konstanta dasarnya, pastilah menjadi bukti paling meyakinkan bagi keberadaan desain alam semesta. Berkenaan dengan kenyataan yang sama ini, profesor astronomi Amerika, George Greenstein menulis dalam bukunya The Symbiotic Universe: Ketika kita mengkaji semua bukti yang ada, pemikiran yang senantiasa muncul adalah bahwa kekuatan supernatural pasti terlibat. Singkatnya, saat meneliti sistem yang luar biasa mengagumkan di alam semesta, akan kita pahami bahwa keberadaan dan cara kerjanya bersandar pada keseimbangan yang sangat sensitif dan tatanan yang terlalu kompleks untuk dijelaskan oleh peristiwa kebetulan. Sebagaimana dimaklumi, tidaklah mungkin keseimbangan dan tatanan luar biasa ini terbentuk dengan sendirinya dan secara kebetulan melalui suatu ledakan besar. Pembentukan tatanan semacam ini menyusul ledakan seperti Big Bang adalah satu bukti nyata adanya penciptaan supernatural. Rancangan dan tatanan tanpa tara di alam semesta ini tentulah membuktikan keberadaan Pencipta, beserta Ilmu, Keagungan dan Hikmah-Nya yang tak terbatas, Yang telah menciptakan materi dari ketiadaan dan Yang berkuasa mengaturnya tanpa henti. Sang Pencipta ini adalah Allah, Tuhan seluruh sekalian alam.
sumber : ccc.1asphost.com

Read More..

PETA MASA DEPAN DUNIA TAHUN 2020


Tanggapan untuk tulisan Peter Rosler GarciaOleh: M. Hafidz AbdurrahmanLaporan yang dilansir oleh National Intellegence Council (NIC), tentang Mapping the Global Future (Pemetaan Masa Depan Dunia), selain untuk memberikan gambaran secara umum tentang tantangan yang akan dihadapi oleh Amerika, juga sebagai langkah antisipatif yang hendak dilakukan dalam rangka mewujudkan peta masa depan dunia yang mereka kehendaki. Cina, sebagai kekuatan baru dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi, serta keteguhannya berpegang kepada ideologi Sosialis, ditopang dengan jumlah demografis yang besar dan wilayah geografis yang luas, benar-benar menjadi ancaman real bagi Amerika, dan negara-negara Barat-Kapitalis lainnya. Di sisi lain, India disebut-disebut sebagai negara berikutnya, dengan pertumbuhan ekonomi dan teknologi yang signifikan, serta jumlah penduduk yang besar akan berpotensi menjadi kekuatan baru di masa depan.Yang menarik adalah adanya skenario lain, yaitu munculnya Khilafah baru pada tahun 2020, yang juga memprediksi Indonesia sebagai salah satu bagian dari kekhilafahan baru tersebut. Dalam konteks yang terakhir inilah, Peter Rosler Garcia merekomendasikan agar Indonesia menjadi negara besar, maka Indonesia harus tetap bersikap moderat, tidak berpikiran sempit, menstabilkan demokrasi dan HAM. Itu beberapa kesimpulan yang bisa ditarik dari pandangan dan laporan di atas.Cina sebagai Ancaman Real AmerikaDiakui atau tidak, sampai saat ini Cina masih merupakan satu-satunya negara Sosialis yang terbesar, terutama setelah runtuhnya Uni Soviet. Setelah reformasi Deng Xiopeng, Cina memang telah menganut ekonomi pasar, artinya dalam bidang ekonomi Cina telah melakukan reformasi, atau lebih tepatnya adaptasi Sosialisme dengan Kapitalisme, meski secara politik Cina tetap tidak berubah. Pendekatan yang dilakukan oleh Cina ini persis seperti yang pernah dilakukan oleh Amerika dekade 50-an abad ke-20 M, saat sejumlah penguasa pro-Amerika mengumumkan apa yang ketika itu dikenal dengan istilah State Socialism (Sosialisme Negara). Sebut saja, Gamal Abdul Naser (Mesir), dan Ahmed Ben Bellah (Aljazaer). Intinya, Kapitalisme dibalut dengan ide-ide Sosialisme. Nah, justru dengan adaptasi seperti ini, Cina telah menjelma menjadi kekuatan besar dengan pertumbuhan ekonomi yang luar biasa.Upaya Amerika untuk memukul Cina memang terus dilakukan, tetapi nyaris tidak berhasil. Perang Vietnam yang dilakukan oleh Amerika pada zaman Nixon, dengan maksud untuk memancing keterlibatan Cina dalam membela Vietnam, sehingga kelak bisa dijadikan sebagai justifikasi bagi Amerika untuk menggebuk Cina ramai-ramai ternyata telah dibaca oleh Mao Che Thung. Setelah itu, melalui penguasa Kamboja yang pro-Amerika, Norodom Sihanok, Amerika pun melakukan hal yang sama, tetapi gagal menyeret Cina. Peperangan itu pun akhirnya berhenti setelah Mao meninggal, dan diganti penguasa berikutnya. Ketika itu, Cina dianggap sebagai ancaman setelah melihat ambisi Mao untuk melakukan ekspansi ke luar. Berbeda dengan penggantinya. Maka, praktis tidak ada konflik besar yang menyeret Cina, seperti pada zaman Mao. Meski tidak berarti ancaman Cina telah pudar.Maka, Amerika terus memprovokasi Taiwan agar menjadi duri di dalam daging bagi Cina. Secara politis, Amerika memang mengakui kebijakan One China, satu Cina, tetapi kenyataannya upaya-upaya Amerika secara terbuka melakukan kunjungan ke Taiwan, dan menerima kunjungan penguasa Taiwan di Amerika jelas membuktikan hal itu. Ditambah lagi kunjungan Clinton yang terakhir ke Taiwan, beberapa hari yang lalu. Semuanya itu, tidak lain adalah agar konflik Cina-Taiwan terus bergolak. Dengan begitu, Cina akan terus disibukkan dengan persoalan domestiknya, dan suatu ketika saat keinginan rakyat Taiwan bulat untuk memisahkan diri dari Cina, yang didukung dengan momentum yang tepat, maka semuanya itu akan menjadi justifikasi bagi Amerika untuk menyerang Cina. Cina juga begitu, terus-menerus meningkatkan kemampuan militernya, termasuk persenjataan nuklirnya guna menghadapi berbagai kemungkinan yang bakal terjadi, khususnya dalam menghadapi ancaman Amerika. Krisis nuklir Korea Utara juga sama, hanya menjadi justifikasi bagi Amerika untuk membidik Cina. Demikian juga dengan isu jaringan al-Qaedah di Asia Tenggara, atau Jamaah Islamiah, dan terakhir keinginan kuat Amerika untuk menjadikan perairan di Selat Malaka sebagai zona bersama, dimana Amerika menjadi salah satu pengawasnya adalah upaya-upaya yang kelak bisa dimanfaatkan untuk ke sana. Konflik India-Pakistan, baik menyangkut isu perbatasan termasuk Kashmir, maupun isu nuklir, juga telah dijadikan justifikasi oleh Amerika untuk kepentingan yang sama. Ketika Partai Baratha Janathan, pimpinan Vajpayee, yang pro-Amerika menang pada akhir dekade 90-an, dan berhasil menduduki kursi pemerintahan, didukung dengan pemerintah Pakistan yang secara tradisional memang pro-Amerika, maka Amerika berkeinginan untuk menjadikan kedua negara ini sebagai garda terdepan untuk menghadapi Cina, yang ditopang dengan jumlah populasi dan persenjataan nuklirnya yang hampir menyamai Cina. Kalaupun tidak, setidak-tidaknya bisa menjadi justifikasi bagi masuknya Amerika di kawasan tersebut, yang kelak bisa memudahkan langkahnya untuk menghabisi Cina.Pendudukan Amerika terhadap Afganistan juga telah dibaca Cina, sebagai situasi yang bisa mengancam keamanannya. Maka, Cina pun segera mengirim pasukan ke kawasan tersebut. Intinya, Cina memang merupakan ancaman real bagi Amerika. Ini semakin kelihatan, ketika Uni Eropa (Metro TV, 3/3/05) mencabut embargonya terhadap Cina, maka kontan saja anggota Konggres Amerika mengancam akan mengembargo Uni Eropa.
Khilafah sebagai Ancaman PotensialNah, setelah era Perang Dingin, kutub Kapitalis termasuk di dalam Amerika dan Uni Eropa, memang kehilangan musuh real (the real enemy). Selain Cina, Korea Utara, dan Kuba, barangkali the real enemy tadi sulit ditemukan. Di sisi lain, bukan berarti mereka tidak menyadari adanya musuh potensial. Mereka sadar, hanya saja kepentingan mereka tidak berbeda. Sebut saja dunia Islam, termasuk di dalamnya adalah Indonesia. Bagi Amerika dan Uni Eropa khususnya, termasuk di dalamnya Inggris, dunia Islam adalah ancaman potensial. Mengapa? Karena Islamnya. Sejak runtuhnya Khilafah, 3 Maret 1924 sampai saat ini, dunia Islam memang masih tetap terkoyak dan belum bangkit menjadi kekuatan baru. Tetapi, kesadaran itu mulai tumbuh dan terus membesar, yang terlihat dari semakin semaraknya tuntutan untuk mengembalikan syariah dan Khilafah di hampir 30 negara.Dalam menghadapi ancaman potensial inilah, Amerika terus berusaha untuk melakukan berbagai manuver politik, termasuk di antaranya menghadirkan jumlah pasukan yang sangat besar di Timur Tengah, tidak kurang dari 148 ribu personil di Irak dan Qatar, belum lagi di Saudi dan sekitarnya. Pada saat yang sama, terus menyulut konflik Israel-Palestina, yang terakhir Suriah-Lebanon. Semuanya itu tentu dengan maksud untuk menyibukkan kaum Muslim dengan persoalan domestik mereka. Ini strategi Amerika. Bahkan, dengan tegas Donald Rumsfeld pernah menyatakan, bahwa pendudukan Amerika di Irak bukan untuk menggulingkan Saddan Hussen semata, tetapi untuk mengembalikan demokrasi di Irak dan membendung kembalinya Khilafah. Karena itu, Amerika sejak awal tegas-tegas menolak pemberlakukan Islam baik sebagai asas maupun hukum negara di sana, meski mayoritas rakyatnya menghendaki hal itu.Sekalipun kondisi ini, di satu sisi bisa menguras energi Amerika yang sangat besar. Inilah yang disadari oleh Inggris. Karena itu, meski sama-sama melakukan pendudukan di Irak, Inggris mempunyai kepentingan yang berbeda. Inggris berkeinginan untuk menguras energi Amerika, di satu sisi. Di sisi lain, Inggris ingin menggali kuburan Amerika di Irak, agar kekuatan Amerika semakin melemah, didukung dengan kampanye negatif terhadap Amerika yang memicu sentimen anti-Amerika di kawasan tersebut. Sementara itu, dengan sikapnya anti pendudukan Amerika di Irak, Uni Eropa, khususnya Perancis, bukan berarti tidak setuju dengan tindakan Amerika, atau tidak mempunyai kepentingan terhadap Timur Tengah. Yang diinginkan oleh Uni Eropa adalah, bahwa setelah posisi politiknya di dunia ketiga, khususnya dunia Islam, Uni Eropa lebih memilih sikap yang berlawanan dengan Amerika guna menarik simpati dunia Islam. Jika berhasil, maka sentimen anti-Amerika itu akan membuahkan perlawanan, yang pada akhirnya dunia Islam tidak lagi lari kepada Amerika tetapi ke Uni Eropa. Hal yang sama juga dilakukan oleh Uni Eropa terhadap Cina. Dalam kasus Cina, Uni Eropa ingin mengambil keuntungan ekonomi dan politik dari Cina dalam kasus pencabutan embargonya terhadap Cina. Indonesia, dan Dunia IslamSelama dunia Islam dan Indonesia khususnya tetap berpegang pada akar keislamannya, karena mayoritas penduduknya adalah Muslim, maka selama itu tetap akan menjadi ancaman potensial bagi Amerika dan negara-negara Barat yang lainnya. Ancaman potensial itu akan menjadi ancaman real, jika dunia secara keseluruhan bersatu dan menjelma menjadi kekuatan baru, yaitu ketika mereka berada di bawah satu payung negara Khilafah, sebagaimana Uni Eropa bagi Amerika saat ini. Mahatir Muhammad, dalam banyak kesempatan, baik ketika masih menjabat sebagai perdana menteri maupun setelah lengser, sering menyatakan keprihatinannya atas kondisi ummat Islam dan dunia Islam saat ini. Intinya, Mahatir mendambakan persatuan ummat Islam, agar ummat ini menjadi kuat, meski barangkali Mahatir belum mempunyai gambaran yang real tentang persatuan seperti apa yang bisa mengubah potensi ummat Islam ini menjadi kekuatan raksasa. Artinya, kesadaran itu sudah ada, tinggal formatnya seperti apa? Dan ternyata jawabannya jelas ada pada Khilafah.Karena hanya Khilafahlah yang bisa menyatukan seluruh dunia Islam. Sebab, Khilafah bukan negara bangsa, sehingga seluruh bangsa Muslim yang ada saat ini bisa meleburkan diri di dalamnya. Khilafah juga bukan negara mazhab, sehingga seluruh mazhab yang dianut kaum Muslim dan bisa diterima oleh Islam, bisa dipersatukan di bawah naungan Khilafah. Khilafah juga bukan negara federasi, seperti Amerika Serikat, Uni Eropa, atau Persemakmuran Inggeris, tetapi Khilafah adalah negara kesatuan, dengan satu kepala negara, yang dibantu oleh para wali (gubenur) di masing-masing wilayahnya, dengan satu pasukan, dan satu kesatuan ekonomi. Maka, tidak dapat disangkal, bahwa Khilafah adalah satu-satunya negara adidaya potensial yang benar-benar akan menjadi ancaman bagi negara imperialis, seperti Amerika dan Uni Eropa. Sebab, jelas sekali daerah koloni mereka di dunia ketiga, khususnya dunia Islam akan hilang dari genggaman mereka. Akibatnya, politik dan ekonomi mereka akan terpuruk, dan eksistensi mereka di pentas percaturan dunia hanya tinggal sejarah. Itulah mengapa Khilafah menjadi momok yang begitu menakutkan bagi mereka?Maka, setelah sekian lama, keinginan untuk mengembalikan Khilafah itu pun menggema di mana-mana, bukan hanya dari dunia Islam tetapi dari jantung peradaban mereka sendiri, di Inggeris, Amerika dan negara-negara Uni Eropa, kini persoalannya kembali kepada kita: memusuhi, mendukung atau bersikap wait and see. Maka, pilihan bagi para penguasa kaum Muslim yang ada di dunia Islam saat ini juga tidak lepas dari tiga pilihan di atas:Pertama, memusuhi perjuangan penegakan syariah dan Khilafah, sebagaimana yang dilakukan oleh sejumlah rezim di dunia Islam, seperti Uzbekistan, Kyrqistan, Suriah, Jordania, Saudi dan sebagainya, yang pada akhirnya kebijakan rezim-rezim tersebut tidak bisa mengubah apa-apa, selain menambah daftar kejahatan mereka, yang kelak akan diperhitungkan ketika Khilafah telah berdiri.Kedua, mendukung perjuangan syariah dan Khilafah, meski kebijakan seperti ini tentu akan menyulitkan posisi mereka di hadapan negara-negara imperialis, khususnya Amerika dan sekutunya. Tetapi, ke depan mereka akan menjadi bagian dari sejarah kekuasaan Khilafah yang insya Allah akan berdiri dalam waktu dekat. Bahkan, sangat mungkin mereka tetap akan menjadi penguasa di negeri-negeri mereka.Ketiga, melihat dan menunggu; tidak mendukung dan menolak. Barangkali sikap inilah yang lebih aman dalam rangka meminimalisir resiko, baik terhadap negara-negara imperialis yang masih dominan saat ini, maupun terhadap Khilafah kelak.Bagi Indonesia, sebagai negeri Muslim dengan jumlah penduduk terbesar di dunia, tentu akan semakin kokoh eksistensinya, baik secara ekonomi, politik maupun militer, jika bersatu dengan negeri kaum Muslim yang lain dalam satu wadah, yang disatukan bukan oleh kepentingan, tetapi oleh akidah dan pandangan hidup yang sama. Lebih dari itu, Indonesia benar-benar akan merdeka dari segala bentuk intervensi asing, khususnya negara-negara imperialis. Sementara kaum minoritas tetap mendapatkan hak-haknya untuk hidup aman dan tenteram, bebas menjalankan agamanya. Mungkinkah? Mengapa tidak, maka waktulah yang akan membuktikannya. Insya Allah.
Sumber : http://www.Hizbut-Tahrir.or.id

Read More..

'Jalan Kematian' Peradaban Barat

sumber : republika.co.id , Laporan : Adian Husaini *
Artikel Abdul Hadi WM yang berjudul "Islam dan Barat: Benturan yang tak Kunjung Usai" (Republika, 14-15 Juli 2004), sungguh menarik disimak. Kajian Islam versus Baratterutama dalam perspektif kajian peradaban masih merupakan topik yang menarik dan aktual. Dalam tulisannya, Abdul Hadi banyak menyorot aspek benturan teologis dan historis dari kedua peradaban besar yang masih eksis itu. Ia mencatat: "Islam dan Barat, atau Barat dan Islam, adalah kisah benturan peradaban yang langgeng dan tak kunjung usai. Selama hampir 1.300 tahun orang-orang Eropa memandang Islam sebagai ancaman terbesar bagi peradaban dan kebudayaan mereka." Abdul Hadi seperti menguatkan pandangan Huntington, yang juga mencatat dalam buku populernya Clash of Civilizations and the Remaking of World Order: ''Islam is the only civilization which has put the survival of the West in doubt, and it has done that at least twice.'' (Islam adalah satu-satunya peradaban yang telah menempatkan keberlangsungan peradaban Barat dalam keraguan, dan ini telah terjadi sekurangnya dua kali). Pada 20 Juli 2004, International Herald Tribune menurunkan tulisan Craig S Smith, berjudul Europe fears threat from its converts to Islam. Artikel itu bercerita tentang dua pemuda Prancis, bernama David dan Jerome yang masuk Islam dan akhirnya ditahan karena tuduhan terlibat jaringan terorisme internasional. Kasus dua bersaudara itu diangkat sebagai representasi, betapa perlunya masyarakat Eropa mencermati dan waspada terhadap kecenderungan meningkatnya konversi penduduk asli Eropa ke dalam Islam, setelah peristiwa 11 September 2001. Tahun 2003, dinas rahasia Prancis, memperkirakan, ada sekitar 30.000-50.000 orang Prancis yang masuk Islam. Sebenarnya tidak ada yang terlalu istimewa pada fenomena perpindahan agama di Barat. Sebab, Kristen sendiri sudah merupakan agama nominal di sana. Banyak orang Barat menjadi ateis, Islam, agnostik, atau memeluk berbagai aliran kepercayaan Timur. Di Amsterdam, sebagai misal, 200 tahun lalu, 99 persen penduduknya beragama Kristen. Sekarang, hanya tersisa sekitar 10 persen saja yang dibaptis dan ke gereja. Sebagian besar mereka sudah tidak terikat lagi dalam agama atau sudah menjadi sekuler. Di Prancis, yang 95 persen penduduknya tercatat beragama Katolik, hanya 13 persennya saja yang menghadiri kebaktian di gereja seminggu sekali. Pada 1987, di Jerman, menurut laporan Institute for Public Opinian Research, 46 persen penduduknya mengatakan, bahwa "agama sudah tidak diperlukan lagi." Di Finlandia, yang 97 persen Kristen, hanya 3 persen saja yang pergi ke gereja tiap minggu. Di Norwegia, yang 90 persen Kristen, hanya setengahnya saja yang percaya pada dasar-dasar kepercayaan Kristen. Juga, hanya sekitar 3 persen saja yang rutin ke gereja tiap minggu. Jadi, agama sebenarnya bukanlah aspek penting dalam peradaban Barat. Tetapi, mereka tetaplah pemeluk Kristen, yang menyimpan memori sejarah "fobia" terhadap Islam, sebagaimana banyak diungkap Abdul Hadi WM. Karena itu, perpindahan agama dari Kristen (nominal) menjadi Islam, menjadi sorotan dan kajian khusus. TV 1 Malaysia, Ramadhan lalu, menurunkan laporan tentang Islam di Eropa. Sejumlah muallaf diwawancarai. Di antara mereka mengaku mengalami diskriminasi dan pengucilan dari lingkungannya setelah memeluk Islam. Mereka mengaku heran, saat mereka menjadi pemabok, pecandu narkotika, atau pezina, mereka tidak dikucilkan. Tetapi, setelah memeluk Islam, sorotan menimpa mereka. Apalagi, pasca peristiwa 11 September 2001. Karakter barat Sebenarnya, kaum Muslim perlu menelaah dengan cermat karakter peradaban Barat itu sendiri. Sebab, mau tidak mau, suka atau tidak suka, Barat adalah peradaban besar yang kini mendominasi dan menghegemoni umat manusia dalam berbagai aspek kehidupan. Dunia Islam tidak lepas dari cengkeraman ini. Di tengah nada-nada cukup optimis terhadap masa depan peradaban Barat, seperti yang disuarakan Francis Fukuyama, sebenarnya juga semakin banyak ilmuwan yang melihat peradaban Barat sebagai ancaman bagi umat manusia. Marvin Perry memulai kata pengantar untuk bukunya Western Civilization: a Brief History dengan ungkapan: "Western civilization is a grand but tragic drama." Menurut Perry, peradaban Barat adalah peradaban yang besar, tetapi merupakan drama yang tragis. Meskipun sukses dalam pengembangan berbagai bidang kehidupan, tetapi kurang berhasil dalam menyelesaikan penyakit sosial dan konflik antar-negara. Sains Barat, meskipun sukses dalam mengembangkan berbagai sarana kehidupan, tetapi sekaligus juga memproduksi senjata pemusnah massal. Di samping mempromosikan perlindungan hak asasi manusia, Barat pun memproduksi rezim-rezim totaliter yang menindas kebebasan individu dan martabat manusia. Juga, meskipun Barat berkomitmen untuk mempromosikan konsep kesetaraan manusia, namun sekaligus Barat juga melakukan praktik rasisme yang brutal. Naquib al-Attas dalam buku Powerful Ideas: Perspectives on the Good Society (2002) yang menghimpun gagasan pemikir-pemikir besar dalam sejarah manusia, seperti Sopocles (495-406 SM), Thucydides (460-400 SM), Plato (428-348 SM), Aristotle (384-322 SM), Confucius (551-479), Adam Smith (1723-1790), Immanuel Kant (1724-1804), Karl Marx (1818-1883), Nelson Mandela, Edward Said (1935-2003) menyebut problem terberat yang dihadapi manusia dewasa ini adalah hegemoni dan dominasi keilmuan (knowledge) Barat yang mengarah pada kehancuran umat manusia. Satu fenomena yang belum pernah terjadi dalam sejarah umat manusia. Sepanjang sejarahnya, manusia telah menghadapi banyak tantangan dan kekacauan. Tetapi, belum pernah mereka menghadapi tantangan yang lebih serius daripada yang ditimbulkan oleh peradaban Barat saat ini. Kekacauan itu, menurut al-Attas, bersumber dari sistem keilmuan Barat itu sendiri, yang disebarkan ke seluruh dunia. Knowledge yang disebarkan Barat, pada hakikatnya telah menjadi problematik, karena kehilangan tujuan yang benar; dan lebih menimbulkan kekacauan (chaos) dalam kehidupan manusia, ketimbang membawa perdamaian dan keadilan; knowledge yang seolah-olah benar, padahal memproduksi kekacauan dan skeptisisme (confusion and scepticism); bahkan knowledge yang untuk pertama kali dalam sejarah telah membawa kepada kekacauan dalam 'the Three Kingdom of Nature' yaitu dunia binatang, tumbuhan, dan mineral. Menurut al-Attas, bagi Barat, kebenaran fundamental dari agama, dipandang sekadar teoretis. Kebenaran absolut dinegasikan dan nilai-nilai relatif diterima. Tidak ada satu kepastian. Konsekuensinya, adalah penegasian Tuhan dan akhirat dan menempatkan manusia sebagai satu-satunya yang berhak mengatur dunia. Manusia akhirnya dituhankan dan Tuhan pun dimanusiakan. (Man is deified and Deity humanised). Dengan karakteristiknya semacam itu, maka secara konseptual, antara peradaban Barat dan Islam, terdapat perbedaan yang fundamental sehingga akan menimbulkan konflik yang bersifat permanen (permanent confrontation). John Mohawk menulis sebuah risalah kecil berjudul A Basic Call to Consciousness": Indigenous People's Address to the Western World. Ia mencatat, bahwa peradaban Barat telah melakukan eksploitasi yang mengerikan terhadap alam, sehingga ia sampai pada kesimpulan, jalan yang ditempuh oleh peradaban Barat adalah jalan kematian bagi umat manusia itu sendiri. (Today the species of Man is facing a question of the very survival of the species. The way of life known as Western Civilization is on a death path on which their own culture has no viable answers). Peradaban Barat yang kini didominasi gagasan neo-liberal seperti identik dengan ketidakadilan dan kezaliman terhadap umat manusia. Data UNDP menunjukkan, saat ini, lebih dari 80 negara memiliki pendapatan per kapita lebih rendah dibandingkan satu dekade sebelumnya. Tahun 1960, perbandingan pendapatan per kapita antara seperlima penduduk bumi di negara-negara terkaya dengan seperlima penduduk bumi di negara-negara termiskin adalah 30:1. Tahun 1990, kesenjangan itu meningkat menjadi 60:1; dan tahun 1997 menjadi 74:1. Seperlima penduduk bumi di negara-negara kaya kini menikmati 86 persen GDP (Gross Domestic Product) dunia, 82 persen nilai ekspor dunia, dan 68 persen investasi asing secara langsung (foreign direct investment/FDI). Sementara seperlima penduduk bumi di negara-negara termiskin hanya menikmati 1 persen GDP dunia, 1 persen dari nilai ekspor dunia, dan 1 persen FDI. Namun, jalan kematian Barat itu justru kini terus-menerus dipasarkan melalui proses globalisasi. Presiden Consumer Association of Penang (CAP), SM Idris, menulis dalam bukunya, Globalization and the Islamic Challenge, bahwa globalisasi merupakan ancaman yang sangat serius terhadap kaum Muslim. (Globalization poses a serious threat to Muslims. It not only brings about economic exploitation and impoverishment, but also serious erosion of Islamic beliefs, values, culture, and tradition). Menurut Idris, globalisasi bukan hanya mempraktikkan eksploitasi ekonomi dan pemiskinan, tetapi juga mengikis keyakinan, nilai-nilai, budaya, dan tradisi Islam. Kapitalisme global mempromosikan nilai-nilai individualisme, materialisme, konsumerisme, dan hedonisme. Paham-paham itu jelas langsung menusuk jantung ajaran Islam. Pasca Perang Dingin, menurut Idris, satu-satunya kekuatan yang tersisa yang diharapkan mampu memberikan tantangan terhadap proyek globalisasi adalah dunia Islam. Ironisnya, sejak dulu, hingga kini, di kalangan Muslim, ada saja yang terpesona dengan pandangan dan jalan hidup Barat. Abdullah Cevdet, seorang tokoh sekuler Gerakan Turki Muda menyatakan: "Yang ada hanya satu peradaban, dan itu adalah peradaban Eropa. Karena itu, kita harus meminjam peradaban Barat, baik bunga mawarnya mau pun durinya sekaligus." Banyak hal yang dapat dicontoh dari Barat. Tetapi bukan jalan sekular-liberal yang telah mengantarkan Barat pada relativisme dan skeptisisme kepada kebenaran agama. *Mahasiswa PhD di ISTAC-IIUM Kuala Lumpur

Read More..

Islam Peradaban Malik Bennabi

Malik Bennabi (1905-1973) dikenal sebagai sarjana Muslim kontemporer yang menekuni bidang filsafat sosial. Dia lahir di Tebessa, AlJazair. Menghabiskan masa hidupnya di antara Prancis, Kairo, dan Aljazair. Karya-karya Malik Bennabi mencapai 18 buku, ditulis dalam bahasa Prancis dan Arab dan semua karya beliau dalam bahasa Prancis telah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Di antara karya-karya terpenting beliau adalah al-Zahirah al-Qur'aniyyah (Fenomena al-Quran), 1961, Wijhah al-Alam al-Islami (Masa Depan Dunia Islam), 1959, Fikrah al-Ifriqiyyah al-Asiawiyyah (Pemikiran Asia Afrika), 1956, Musykilah al-Thaqafah (Problem Budaya), 1959, Syurut al-Nahdah (Syarat-syarat Kebangkitan), 1960, Milad Mujtama' (Kelahiran Masyarakat), 1962, Mudhakkirat Syahid li al-Qarn (Catatan Harian Seorang Saksi Sebuah Zaman), 1966, Musykilat al-Afkar (Problem Pemikiran), 1970, Fikrah Komonweth al-Islami (Pemikiran Persemakmuran Islam), 1971, dan al-Muslim fi Alam al-Iqtisad (Muslim dalam Dunia Ekonomi), 1972. Manusia sebagai homo religiosus Menurut Malik Bennabi fenomena beragama adalah fenomena universal yang selalu wujud, ia sudah wujud lama, sebagai karakteristik kehidupan manusia, dari manusia yang sangat primitif hingga manusia yang sudah memiliki peradaban yang tinggi. Menurutnya, "setiap kali seseorang menyusup jauh ke dalam sejarah purbakala dan sejarah manusia, baik pada zaman kejayaan kebudayaannya, maupun pada tingkat-tingkat yang masih primitif evolusi sosialnya, dia akan mendapati peninggalan di dalamnya yang menunjuk kepada adanya ide mengenai keagamaan.""Bagaimana pun bentuk upacara-upacara keagamaan itu, namun ternyata bahwa struktur bangunan, dari gua-gua tempat peribadatan pada zaman batu hingga pada zaman bangunan tempat-tempat peribadatan yang mega-megah, berjalan berdampingan dengan ide keagamaan yang menciptakan peraturan hidup dan yang melahirkan kebudayaan-kebudayaan manusia." "Di bawah naungan rumah-rumah peribadatan seperti rumah peribadatan Sulaiman atau Ka'bah munculah kebudayaan-kebudayaan itu untuk penyinaran alam kita ini." Kesimpulan Malik Bennabi senada dengan apa yang pernah diungkapkan oleh Plutarch (46-120 AD), seorang ahli filsafat dan etika Yunani, ketika mengatakan: "Kita dapat menjumpai kota-kota tanpa dinding, tanpa raja, tanpa peradaban, tanpa literatur, atau tanpa gedung theatre, tapi seseorang tidak pernah menjumpai sebuah kota tanpa tempat-tempat peribadatan atau penganut-penganut agama." Atau seperti juga apa yang dikatakan ahli filsafat Henri Bergson (1859-1941) bahwa: "kita jumpai di masa lampau dan sekarang masyarakat tanpa sains, tanpa seni, dan tanpa filsafat. Tapi kita tidak pernah menjumpai sebuah masyarakat tanpa agama." Menurut Malik Bennabi, totemisme, mitos, dan kepercayaan pada dewa-dewa tidak lain hanya merupakan pemecahan yang diilhami oleh problem, yang selalu sama, yang menghinggapi hati nurani manusia; setiap kali dia mendapati dirinya ditarik oleh teka-teki tentang segala sesuatu, serta tujuan terakhirnya. Dengan mengakui ekspresi-ekspresi keagamaan yang berbeda-beda tersebut (seperti totemisme, politheisme, dan monotheisme), Malik Bennabi ingin membangun fenomena agama yang bersifat perenial sebagai karakteristik alami manusia, yang oleh karenanya manusia digambarkan sebagai homo religiosus (hewan beragama). Yang oleh karena itu, agama tidak hanya sebagai aktivitas spiritual dan mental psikik manusia. Tetapi merupakan sebagai satu kecenderungan fundamental manusia dan fakta kosmik yang jauh berakar pada struktur alam. Ia tidak dapat direduksi kepada hanya sebagai satu kategori budaya yang didapati manusia sepanjang sejarah atau hanya sebagai keperluan manusia dalam fase primitif perkembangan sosiobudaya manusia seperti yang dikonsepsikan oleh Auguste Comte. Tetapi sebagai fitrah universal yang tidak pernah luput dalam sejarah suatu bangsa baik dahulu maupun hari ini dan yang akan datang sekaligus merupakan "katalisator" setiap peradaban manusia. Agama sebagai katalisator peradaban Malik Bennabi merumuskan tiga faktor utama yang menentukan pembentukan sesuatu peradaban, yaitu; manusia, tanah, dan masa. Manusia adalah faktor yang paling penting; sebagai pencipta dan penggerak sejarah. Manusia memiliki dua jenis identitas; pertama, identitas yang tetap dan tidak dapat dipengaruhi oleh sejarah, yaitu kriteria-kriteria anatomi dan fisiologi yang membentuk wujud luaran manusia, dan; kedua, yang dapat berubah dan dapat dipengaruhi oleh sejarah, yaitu kewujudan manusia secara sosial yang merupakan keadaan mental dan psikologi manusia yang ditangkap oleh struktur sejarah dan warisan sosial.Manusia sepanjang perjalanan sejarah berinteraksi dengan masa dan ruang tidak dalam kedudukannya sebagai ciptaan alami, melainkan sebagai kepribadian-kepribadian sosial. Tanah (turab), sebagai faktor kedua, adalah sumber alam yang lebih berkaitan dengan konsep-konsep sosial. Istilah tanah (turab) digunakan untuk menjauhi istilah materi (madah), karena perkataan 'materi' dalam akhlak berarti suatu konsep yang berlawanan dengan perkataan 'roh', dalam sains ia bermaksud lawan dari perkataan 'energi' dan dalam filsafat perkataan 'materi' memberi maksud yang berlainan dengan 'ide'. Masa adalah faktor ketiga dalam proses pembentukan peradaban. Yang dimaksudkan dengan masa adalah nilainya dalam kehidupan manusia dan hubungannya dengan sejarah, kebangkitan ilmu, produktivitas, dan pencapaian peradaban. Akan tetapi menurut Malik Bennabi, wujudnya ketiga-tiga faktor tersebut tidak dapat secara pasti dan secara otomatis dapat melahirkan suatu peradaban. Sebuah teka-teki yang dapat dijawab oleh ilmu kimia. Air pada dasarnya adalah hasil dari hidrogen dan oksigen. Meskipun demikian kewujudan kedua-dua unsur ini tidak menjamin secara langsung terciptanya air. Menurut para ahli kimia, proses pembentukan air turut dipengaruhi oleh faktor lain yang berupa katalisator yang dapat mempercepat proses penyusunan dua unsur hidrogen dan oksigen yang seterusnya menyebabkan terciptanya air. Demikian juga, menurut Malik Bennabi, dengan proses pembentukan peradaban, walaupun sudah tersedia tiga faktor utama; manusia, tanah, dan masa, masih diperlukan faktor lain sebagai katalisator yang dapat mengolah dan menyusun ketiga-tiga unsur tersebut dan menjadikannya suatu peradaban. Katalisator yang dimaksud dalam konteks ini menurut Malik Bennabi adalah agama. Agama atau "pemikiran agama inilah yang selalu wujud di balik kelahiran suatu peradaban dalam sejarah." Agama menurut Malik Bennabi adalah katalisator (catalyseur) yang menjadikan manusia, tanah, dan masa sebagai suatu kekuatan dalam sejarah dan yang menyebabkan kelahiran suatu peradaban. Dalam pandangan Malik Bennabi tidak hanya peradaban-peradaban besar dunia seperti peradaban Islam, peradaban Kristen Eropa dan peradaban Buddha Cina, tetapi bahkan "peradaban komunis" yang anti-agama adalah juga lahir dari pemikiran agama. Malik Bennabi memandang komunisme dari dua aspek; aspek sejarah dan aspek psikologi yang berhubung-kait dengan keyakinan. Dilihat dari aspek sejarah, komunisme atau marxisme adalah 'krisis' internal peradaban Kristen, yaitu ketika agama itu tidak lagi memiliki nilai-nilai gaib, seperti kata Gonzague de Reynol bahwa peradaban Rusia adalah peradaban Kristen Ortodok yang 'tersalah tembak', atau seperti ungkapan Toynbee bahwa komunisme adalah satu halaman buku Kristen yang terkoyak dan tersalah baca. Dari aspek psikologi, komunisme atau marxisme adalah sebagai pemikiran keagamaan yang berhubungan dengan keyakinan para penyokong dan pengikutnya terahadap ide-ide dan doktrin-doktrin yang dicipta oleh Karl Marx, sebagai ajaran yang memiliki tulisan-tulisan yang disucikan, memiliki surga dan neraka, keselamatan dan kecelakaan, dan sebagai sebuah agama tanpa Tuhan. Masyarakat pasca-peradaban Malik Bennabi menamakan masyarakat Islam setelah keruntuhan dinasti Muwahhidun (1121-1269 M) sebagai masyarakat "pasca-peradaban", yang berbeda dengan mayarakat "pra-peradaban". Masyarakat pra-peradaban, adalah masyarakat yang di luar peradaban, tapi mereka adalah manusia yang masih fitrah dan alam (L'homonatuna) yang selalu bersedia untuk memasuki peradaban, seperti masyarakat badui jahiliah sebelum kedatangan risalah Islam. Sementara masyarakat pasca-peradaban merupakan masyarakat yang telah melepasi fase peradaban yang bukan hanya sebagai masyarakat yang tidak bergerak dari tempatnya, tetapi sebagai masyarakat yang mundur atau berjalan ke belakang, setelah menyeleweng jauh dan putus dari peradabanya. Mereka tidak hanya sebagai manusia yang di luar peradaban, tetapi juga sebagai masyarakat yang terkeluar dari peradaban yang tidak mampu lagi menghasilkan karya-karya peradaban (oeuvre civilisatrice). Masyarakat yang "alam figurnya" tidak lagi seperti modelnya yang asal, "alam idenya" bisu dan mati, sementara "alam bendanya" berkuasa atas akal dan kesadaran. Masyarakat yang sudah kronis dan memiliki semua syarat yang menjadikan mereka layak untuk dijajah (al-qabiliyah li isti'mar). Reformasi dan modernisme Menurut Malik Bennabi, masyarakat Islam yang berada dalam "pasca-peradaban" sejak kejatuhan Muwahhidun, telah menyaksikan gerakan-gerakan ke arah kebangkitan sejak sekitar tahun 1858 bersamaan dengan kemunculan gerakan reformasi oleh tokoh-tokoh seperti Jamaluddin al-Afghani (1849-1897) dan Muhammad Abduh (1849-1905) dan gerakan modernisme yang dibawa oleh para sarjana yang berpendidikan Barat. Hanya saja dalam pandangan Malik Bennabi, baik gerakan reformasi maupun gerakan modernisme belum dapat memberikan jawaban dan penyelesaian terhadap persoalan-persoalan sesungguhnya dunia Islam. Dalam pengamatan Malik Bennabi, kelemahan al-Afghani adalah karena beliau hanya memfokuskan pada pembaruan politik dunia Islam; dalam bentuk pan-Islam dan pembaruan sistem undang-undang, dan bukan pada pembaruan diri manusia yang telah dibentuk oleh fase pasca-Muwahhidun.Sementara itu kelemahan Muhammad Abduh adalah karena beliau lebih banyak memfokuskan pada pembaruan ilmu kalam (teologi), yang menurut Malik Bennabi bukan sebagai permasalahan sebenarnya masyarakat Islam. Orang Islam termasuk orang Islam pasca-Muwahhidun tidak memiliki permasalahan dalam akidah, mereka tetap sebagai orang yang beriman dan beragama, akan tetapi yang menjadi permasalahan adalah bahwa akidah mereka tidak berpotensi dan tidak memberikan fungsi sosial. Demikian juga dengan gerakan modernisme, menurut Malik Bennabi gerakan ini tidak memiliki tujuan dan metode yang jelas dan yang akhirnya hanya membawa masyarakat Islam kepada sikap suka mengumpul karya-karya peradaban Barat, dan menjadikan mereka sebagai pelanggan setia perabadaban yang asing bagi diri mereka sendiri. Apapun kelemahan-kelemahan gerakan reformasi dan modernisme, Malik Bennabi tetap mengakui bahwa yang pasti gerakan-gerakan tersebut telah berhasil memberikan kesadaran umum tentang kelemahan diri masyarakat Islam. Ia menilainya sebagai kecenderungan sejarah yang positif yang diakibatkan oleh kekuatan internal yang wujud sebagai tindak balasan terhadap penjajahan dan fenomena "kelayakan dijajah." Islam peradaban Ketika merumuskan konsepnya bahwa semua agama dapat berperanan sebagai katalisator unsur-unsur penting peradaban; manusia, tanah dan masa, pada dasarnya Malik Bennabi bertujuan untuk membuktikan bahwa Islam sebagai agama pada asasnya mampu dan dapat memainkan peranan yang lebih baik sebagai katalisator pembentukan dan pembangunan peradaban, dibandingkan dengan agama-agama ataupun ideologi-ideologi yang lain, baik di dalam sejarah masa lalu, masa sekarang, ataupun di masa yang akan datang. Melihat peranan Islam sebagai katalisator, menurut Malik Bennabi, adalah berarti melihat peranannya dalam perspektif sosial. Yaitu sebagai katalisator yang dapat membentuk nilai-nilai yang bertindak mengubah 'manusia individu' ke dalam satu kesatuan dalam masyarakat, menjadikan 'masa' yang pada asalnya hanya merupakan jumlah jam yang bergerak sebagai masa yang berdimensi sosial yang dihitung dengan kualitas kerja, dan yang menjadikan 'tanah' yang hanya tampak sebagai keperluan yang sederhana sebagai medan yang luas yang dapat dikuasai dan digunakan sepenuhnya untuk memenuhi keperluan-keperluan kehidupan masyarakat banyak. Peranan Islam sebagai katalisator nilai-nilai sosial hanya dapat terjadi apabila agama menjadi fenomena masyarakat banyak dan bukan sebagai fenomena individu. Ketika Islam menciptakan jaringan roh yang menghubungkan antara individu dengan keimanan terhadap Allah SWT, pada masa yang sama ia juga mengharuskan terciptanya jaringan perhubungan di antara individu-individu dalam masyarakat tersebut. Hal ini membuka peluang bagi mereka untuk memainkan peranan dunia dan melaksanakan aktivitas-aktivitas bersama. Islam mengikat cita-cita langit dengan tuntutan-tuntutan bumi. Oleh karena itu ketika "perhubungan keagamaan" lemah jumlah "perhubungan kemasyarakatan" menjadi berkurang, dan karenanya kevakuman sosial (social vacuum) di antara individu-individu dalam masyarakat tersebut bertambah luas. Sebaliknya ketika perhubungan keagamaan kuat maka perhubungan kemasyarakatannya juga menjadi meningkat, dan karenanya kevakuman sosial berkurang. Islam peradaban adalah perspektif Islam yang memandang bahwa keefektifan suatu pemikiran dan ajaran agama adalah dalam kerangka sosial, perubahan, pembentukan peribadi-peribadi, dan apa yang dapat dihasilkannya dalam sejarah. Yaitu Islam yang tidak memperpanjang perdebatan khilafiah dalam fikih. Yaitu Islam yang tidak pula menghabiskan energi dan masa hanya untuk membuktikan kebenaran dirinya. Yaitu Islam yang praktikal dan yang lebih menekankan pengamalan dimensi-dimensi sosialnya. Landasan filsafat Islam peradaban adalah bahwa; (i) ajaran Islam adalah ajaran yang otentik dan benar yang tidak perlu banyak untuk dibuktikan kebenarannya secara teoretis tetapi dengan mengamalkannya dalam kehidupan dan memperlihatkan kedinamikannya dalam kehidupan praktis; dan (ii) bahwa keimanan harus berdimensi sosial, karena ketika ia hanya sebagai fenomena peribadi risalahnya akan putus ditelan bumi dan menjadi keimanan para rahib, yang memutuskan hubungan dengan masyarakat dan melepaskan diri dari kewajiban-kewajiban sosial. Bagi Malik Bennabi, mengapa kita tidak profesional, tidak produktif, tidak progresif, tidak aktif, dan tidak berdisiplin dalam menaati kebersihan dan peraturan, tidak seperti orang Barat? Teka-teki yang pernah dirasakan oleh Muhammad Abduh ketika mengatakan bahwa Islam wujud di Barat dan tidak hadir dalam masyarakat Islam sendiri. Jawabannya adalah karena kita melupakan dimensi-dimensi sosial agama kita yang dapat menciptakan kedinamisan kebudayaan kita. Kebudayaan merupakan inti dari peradaban, maju dan mundurnya peradaban adalah terletak pada dinamik dan tidaknya suatu kebudayaan. Menurut Malik Bennabi, agama Islam, dapat menciptakan kedinamisan kebudayaan ketika berperanan sebagai prinsip moral dan sebagai katalisator unsur-unsur penting kebudayaan. Sebagai prinsip moral, Islam menggariskan baik dan buruk, apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan, ia membantu menciptakan sistem-sistem nilai sosial yang padu dan utuh. Ganjaran-ganjaran dan sanksi-sanksi sosial yang terdapat dalam kerangka acuan yang bersifat suci mempunyai kekuatan memaksa yang istimewa, kerana ia tidak hanya menyangkut ganjaran-ganjaran dan hukuman-hukuman yang bersifat duniawi dan manusiawi, tetapi juga ganjaran-ganjaran dan hukuman-hukuman yang bersifat supra-manusiawi dan ukhrawi. Selain sebagai prinsip moral, Islam juga berperanan sebagai katalisator unsur-unsur kebudayaan; estetika, logika kerja, dan teknologi. Estetika atau cita rasa keindahan memainkan peranan penting di dalam kebudayaan dengan segala isinya, bahkan ia adalah kerangka di mana suatu peradaban terbentuk. Ia memberikan ciri-ciri khas terhadap jaringan-jaringan dalam masyarakat dan yang menambahkan gambaran yang sesuai dengan perasaan dan cita rasa umum daripada aspek warna dan bentuk. Semua agama terutama Islam mengajarkan pentingnya aspek estetika dalam kehidupan manusia baik sebagai individu maupun masyarakat. Standar kebudayaan Barat adalah lebih kepada standar estetika sementara dalam masyarakat Islam adalah standar moral. Ini tidak berarti kebudayaan Islam tidak memiliki unsur estetika akan tetapi ia meletakkan unsur estetika di bawah prinsip moral dalam susunan nilai. Kebudayaan dalam peradaban Barat yang lebih mengutamakan aspek estetika daripada moral dalam susunan nilai, telah mengakibatkan kebudayaan tersebut terpisah dari kebudayaan kemanusiaan, merusakkan metode dalam sistem nilai, dan membawa kepada penghalalan segala cara, memutuskan jaringan sosial dan bahkan telah melahirkan 'kebudayaan penjajahan'. Logika kerja adalah usaha untuk menghasilkan sebanyak mungkin faidah daripada kemudahan, fasilitas dan segala kemampuan yang dimiliki. Agama Islam menekankan pentingnya prinsip logika kerja dan mengajarkan para penganutnya untuk giat bekerja. Orang Islam memerlukan prinsip ini kerana mereka banyak memiliki akal yang abstrak tetapi mempunyai akal praktikal yang sedikit, mereka banyak berbicara sedikit kerja, pandai berdebat tetapi tidak mengamalkan. Teknologi atau al-sina'ah dalam bahasa Ibnu Khaldun adalah juga unsur penting dalam kebudayaan. Ia merangkumi seni, teknik, karya, kemahiran, dan hasil-hasil terapan dari ilmu pengatahuan. Perkembangan ilmu dan teknologi dalam suatu masyarakat menurut Malik Bennabi, tergantung kepada lingkungan dan budaya yang dapat mendorong semangat keilmuan dan yang dapat menggerakkan terjadinya proses menerima atau menyampaikan ilmu. Al-Quran tidak mendatangkan secara langsung ilmu matematika atau aljabar atau sistim desimal, yang merupakan asas-asas penting dalam perkembangan teknologi, tapi ia mendatangkan lingkungan rasional (aqliyah) dan budaya ilmiah yang baru yang mendorong perkembangan ilmu pengetahuan yang pesat. Agama Islam membuka jalan ke arah lingkungan ilmiah melalui perkataan "iqra" (bacalah), kemudian meletakkan beberapa langkah fundamental yang dapat menciptakan ruang dan psikologi sosial bagi mewujudkan budaya intelektual dan perkembangan ilmu pengetahuan. Demikian juga yang terjadi di Eropa, perkembangan dan kemajuan teknologinya telah dimulai dengan wujudnya miliu intelektual dan budaya ilmiah yang telah tumbuh sejak dua abad sebelumnya. Islam peradaban menekankan peranan dirinya sebagai katalisator kebudayaan dengan menanamkan "moral" yang menggariskan baik dan buruk atau yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan dan yang mengaitkan nilai amanah dalam segala perilaku praktikal individu dan masyarakat.Juga mengajarkan "logika kerja" yaitu profesionalisme dalam melakukan pekerjaan dengan usaha untuk menghasilkan sebanyak mungkin faidah dari fasilitas-fasilitas dan segala kemampuan yang dimiliki, menentukan "nilai estetika" yang mengaharuskan individu-individu dalam masyarakat memiliki ide-ide yang kreatif dan inovatif. Ide-ide yang kreatif dan inovatif sangat diperlukan untuk membentuk dan membangunkan suatu peradaban yang merdeka dan tidak tergantung pada peradaban lain. Islam peradaban juga berupaya secara praktikal mendorong, dengan segala metode, ke arah terciptanya lingkungan intelektual dan budaya ilmiah yang seterusnya diharapkan dapat berpengaruh pada lahirnya sains dan "teknologi." Malik Bennabi pernah meramalkan bahwa Asia khususnya Indonesia akan menjadi pusat peradaban Islam masa depan. Menurutnya, "dunia Islam [akan] beralih dan tunduk pada tarikan gravitasi Jakarta, sebagaimana ia pernah tunduk pada tarikan gravitasi Kairo dan Damascus." Ramalan ini memberikan tanggung jawab yang besar terhadap umat Islam di negeri ini. Keadaan Indonesia yang memiliki penduduk Islam terbesar masih terlalu jauh dari apa yang pernah diramalkan oleh Malik Bennabi lima puluh tahun yang lalu. Malaysia yang tidak pernah disebut oleh Malik Bennabi justru dapat melangkah lebih maju dalam banyak bidang dibandingkan dengan Indonesia. Dari perspektif pemikiran Malik Bennabi, dalam aspek "moral", terutamanya korupsi, Malaysia mampu menduduki posisi yang menyenangkan di antara negara-negara membangun lainnya, sementara Indonesia menjadi negara paling kotor dan menduduki peringkat nomor tiga sebagai negara terkorup di dunia. Dalam aspek "logika kerja," Malaysia memiliki etos kerja dan profesionalisme yang baik. Peningkatan etos kerja dan profesionalisme dilakukan melalui berbagai cara, di antaranya adalah dengan ISO (International Standardisation Organization). Semua instansi baik pemerintah maupun swasta berlomba-lomba untuk mendapatkan pengakuan standar efisiensi dan profesionalisme internasional tersebut. Sementara itu di Indonesia pelayanan umum tidak efisiens, tidak profesional dan sarat dengan birokrasi yang tidak penting. Birokrasi yang semestinya untuk mempermudah urusan justru untuk mempersulit, karena di dalam kesulitan terdapat duit.Jawaban "bapak sedang rapat" atau "datang esok" atau kata-kata "mau cepat atau lambat" merupakan budaya yang umum, banyak pegawai atau petugas yang sibuk membaca koran atau ngobrol waktu tugas kantor, mereka juga banyak yang bersikap cuek dan tidak menghormati pelanggan, bahkan kadang mereka hanya memprioritaskan orang tertentu yang dianggap menjanjikan sesuatu. Di Malaysia Anda hanya memerlukan satu jam dan tanpa biaya untuk mengurus dan mendapatkan akta kelahiran anak Anda dari JPN (Jabatan Pendaftaran Negara), tapi, hal itu agak sulit untuk kita temukan dalam tradisi birokrasi kita. Dalam "estetika", orang Malaysia memiliki kesadaran yang lebih baik, mereka mudah menaati kebersihan lingkungan dan menaati segala bentuk peraturan lalulintas dan peraturan-peraturan kota yang lain. Nilai estetika pada orang Indonesia yang pernah dibanggakan oleh Malik Bennnabi tentu saja masih ada, tapi ia lebih berbentuk "potensi" dan belum berbentuk "amalan". Kekuatan masyarakat Islam terletak pada Islam itu sendiri. Yaitu Islam yang bergerak dalam akal dan tingkah laku dan yang dibangkitkan dalam kehidupan sosial dan dalam bentuk Islam peradaban. (RioL)Oleh : Usman S Husnan Direktur Forum Kajian Islam Peradaban (FKIP) Cempakah Putih, CiputatMalik BennabiMalik Bennabi (1905-73) merupakan seorang pemikir dan cendekiawan Islam yang terulung abad ke-20. Sumbangan beliau yang terbesar ialah teori peradaban yang dikemukakannya. Lahir di Costantine, Algeria kepada seorang keluarga sederhana, persekitaran kekeluargaan Malik Bennabi sendiri telah menekankan akan kepentingan pendidikan kepada beliau. Waktu itu Algeria merupakan sebahagian daripada jajahan Perancis yang berhasrat mejadikan Algeria sebagai sebahagian daripada wilayah Perancis. Beliau sendiri menerima pendidikan tradisional Arab dan pendidikan Barat (Perancis) yang menjadikannya antara tokoh unik di kalangan pemikir Islam di Afrika Utara ketika itu. Pendidikan awalnya mengaji Al-Quran di Kuttab dan sekolah Perancis. Beliau pernah mendapat markah tertinggi di dalam kelas, namun gred terbaik di dalam kelasnya diberikan kepada seorang pelajar Perancis. Malik melihatkan ini sebagai gambaran diskriminasi kolonialis dan menurut Dr. Fauzia Bariun, beliau "merasakan keperluan untuk mencabar diskriminasi Barat secara intelektual dan berazam untuk meneruskan pendidikannya dan membuktikan kemampuannya."Di Lycee Franco-Musulman Malik mula meminati sastera Perancis dan membaca novel-novel Jules Verne, Pierre Loti dan Claude Farrere. Namun buku yang lebih berpengaruh di dalam kehidupannya ialah L’Histoire sociale de l’humanite (Sejarah Social Kemanusiaan) karangan Courtellemont, Umm al Qura karangan Al-Kawakibi, Risalah Tauhid karangan Muhammad Abduh dan L’Ambre Chaude de l’Islam. Pada waktu yang sama, disamping meminati syair-syair Arab klasik, beliau turut menuntut ilmu dari Sheikh Maulud Bin Mawhub, seorang bekas mufti Costantine yang progresif dan terbuka.Kemudian Malik mula terpengaruh dengan gerakan Islah yang sedang berkembang pesat di dunia Islam waktu itu, sebagaimana Kaum Muda di Tanah Melayu sedang giat mencabar doktrin-doktrin konservatif Kaum Tua. Selepas tamat persekolahan, beliau merantau ke Perancis untuk bekerja, tetapi pulang tidak lama selepas itu, kecewa dengan penindasan yang dilakukan oleh kapitalis-kapitalis Perancis terhadap pekerja-pekerja Algeria. Beliau melihatkan dakwaan kolonialisasi Perancis untuk la mission civilsatrice sebagai topeng untuk hegemoni Barat semata-mata. Namun selepas bekerja di Algeria tidak lama, beliau ke Perancis semula pada tahun 1930. Keluarganya membiayai sebahagian dari pembelajarannya di sana. Beliau menyertai L’Ecole des Langues Orientales namun menghadapi halangan yang beliau sifatkan sebagai halangan politik. Setelah itu beliau menyertai institut kejuruteraan yang meyakinkannya tentang sumbangan besar sains di dalam kejayaan ketamadunan Barat. Di dalam semi-autobiografinya Mudhakkirat Shahidin lil Qarn beliau menjelaskan tentang komitmennya waktu itu untuk "menjadi peyelamat yang ditugaskan" kepada dunia Islam yang mundur. Gaya analisanya di dalam mengutarakan ide-idenya juga kelihatan pendekatan saintifik, kesan pendidikannya.Kehidupannya di Paris banyak berkaitrapat dengan Latin Quarter yang terkenal itu. Beliau juga aktif bersama Persatuan Pelajar Maghrib yang menyebabkan beliau menghadapi pelbagai masalah di dalam kehidupannya di Perancis. Meskipun beliau bertemu dengan pengasas parti North African Star yang bernaung di bawah payung Parti Komunis Perancis, Massali Haj, namun permainan politik Massali menyebabkan Malik tidak terlibat dengan parti tersebut. Waktu itu juga beliau mula mengenali ide-ide Pan Arab Shakeeb Arslan yang disebarkan menerusi akhbarnya yang berasas di Geneva, La Nation Arabe. Tidak lama selepas berakhirnya Perang Dunia Kedua barulah Malik Bennabi menulis buku. Fenomena Al Quran (Le Phenomene Coranique) diterbitkan pada 1946; setahun kemudian terbitnya Labbaik, satu-satunya novel karya beliau; Les Conditions de la Renaissance pada 1948 dan pada 1954 beliau menerbitkan La Vocation de l’Islam. Buku-bukunya, antara lain, bertujuan membincangkan aspek-aspek teoretikal untuk menghidupkan kembali gerakan Islah. Malik mengiktiraf bahawa gerakan kebangkitan Islam dipelopori Jamaluddin al-Afghani meskipun beliau tidak bersetuju bulat-bulat dengan pandangan al-Afghani. Beliau melihat al-Afghani sebagai rajul fitrah atau insan semulajadi yang dapat memberi sumbangan besar terhadap kemajuan peradaban berbanding apa yang menurut Malik, mereka yang berada di luar peradaban. Disamping itu, ketika cubaan-cubaan untuk meniupkan semangat nahdah di kalangan umat Islam dilakukan sebelum ini, semuanya berpunca lebih kepada sentimen puak atau kabilah; al-Afghani tokoh pertama yang memulakan perjuangannya pada Islam, bukan etnik. Api-api kebangkitan Islam yang disemai ini memainkan peranan besar untuk mengejutkan umat Islam yang sedang tidur di dalam apa yang digelarkan Malik Bennabi sebagai dunia pasca kerajaan Almohads (yakni zaman kemunduran Islam). Namun al-Afghani menurut kacamata Malik bukanlah pembaharu, tetapi mujahid. Pembaharu, menurutnya, lebih wajar diberikan gelaran tersebut kepada Muhammad Abduh. Muhammad Abduh yang menyedari bahawa untuk menjayakan reformasi di dalam dunia umat Islam, harus ditumpukan pada perkara pokok-pangkalnya dahulu – isu kerohanian. Namun Malik mengkritik pendapat bahawa pendekatan untuk mengubah akidah yang perlu ditekankan, kerana insan pasca Almohads sekalipun, masih setia kepada akidahnya walaupun mundur di dalam aspek lain. Beliau tidak bersetuju dengan pendekatan yang dogmatik dan kaku, beliau mahukan pendekatan yang lebih mengambilkira cara pengamalan Islam di dalam bidang-bidang kehidupan. Malik Bennabi turut mengkritik pengikut-pengikut kedua-dua tokoh kebangkitan Islam tersebut kerana, menurutnya, di dalam La Vocation de l’Islam (Wijhat al Alam al Islami atau Islam di dalam Sejarah dan Sosiologi), "mereka bukannya mencari fakta, tetapi untuk bukti-bukti" terhadap pihak lawan, yang menyebabkan "mereka tidak cuba mendengar antara satu sama lain, dan setiap daripada mereka akan cuba mengalahkan yang satu lagi di dalam kata-kata yang tidak berhenti-henti."Sebenarnya beliau turut mengkritik kedua-dua pendukung gerakan modernisasi dan Islah. Baginya di dalam berinteraksi dengan golongan evolues di Algeria, gerakan modenisasi terlalu ghairah di dalam mengambil peradaban Barat dari aspek superficial dan mahu menirunya bulat-bulat untuk menyelesaikan masalah umat Islam. Ini sesuai dengan idenya mengenai ‘dunia benda’ dan ‘dunia ide’. Beliau menilai bahawa ‘dunia ide’ lebih bermakna dari ‘dunia benda’ – maka meskipun negara Jerman menerima kemusnahan yang dasyat dari segi fizikal ketika Perang Dunia Kedua, negara tersebut pantas mendapat tempat semula antara ekonomi paling dinamik dunia kerana ‘dunia ide’nya tidak dimusnahkan oleh Pihak Bersekutu. Turut dikritiknya ialah negara-negara dunia ketiga yang baru merdeka waktu itu, yang berlumba-lumba mendirikan tugu-tugu fizikal kemajuan sedangkan pengisian peradaban itu sendiri tidak wujud; sebagaimana mungkin apa yang sedang terjadi di negara kita hari ini!Malik Bennabi juga mempunyai perbezaan pendapat dengan pemimpin Ikhwanul Muslimun, Syed Qutb yang dibunuh oleh Gamal Abdul Nasser. Pertelingkahan intelektual ini berakar umbi apabila Syed Qutb menukar tajuk bukunya dari "Ke Arah Sebuah Masyarakat Islam yang Bertamadun" kepada "Ke Arah Sebuah Masyarakat Islam" yang menurut Bennabi, mengandaikan bahawa masyarakat Islam sudah bertamadun sedangkan realiti adalah sebaliknya. Syed Qutb membalas bahawa tindakannya adalah untuk memendekkan tajuk tersebut dan beliau tidak menilai peradaban menurut kaca mata Barat. Sumbangan pemikiran yang paling besar dibuat oleh Malik Bennabi, sebagaimana yang telah saya nyatakan ialah Teori Peradabannya. Ketika tokoh-tokoh kebangkitan Islam sezaman dengannya lebih meminati istilah ‘nahdah’ (renaissance) atau ‘al-taqaddum’ (pembangunan) beliau menekankan istilah ‘hadara’ (peradaban). Di sini kita dapat melihat dinamik pemikiran di antara Ibnu Khaldun, antara pelopor awal ilmu sosiologi ketika akhir zaman keagungan peradaban Islam yang mengarang Mukaddimah dan Arnold Toynbee, seorang sarjana moden British yang mengkaji peradaban dan telah menghasilkan A Study of History.Persamaan peradaban yang dikemukan olehnya ialah, Insan + Tanah + Masa = Peradaban.Namun, dengan menggunakan analisa saintifik, beliau menegaskan bahawa pemangkin atau catalyseur terhadap elemen-elemen tersebut ialah agama. Meskipun ada yang mencabar pendapatnya dengan memberikan contoh negara Soviet yang baru muncul sebagai kuasa dunia waktu itu, sebagaimana Toynbee, Malik melihat perkembangan tersebut sebagai satu yang berpokok pangkal dari tamadun Barat-Kristian. Dengan pengaruh Ibnu Khaldun di dalam kitaran peradaban, Malik Bennabi mengemukakan pendapatnya mengenai tiga peringkat peradaban. Bermula dengan Peringkat Kerohanian – jika dilihat umat Islam melalui zaman ini bermula dengan turunnya wahyu kepada Nabi Muhammad s.a.w. dan berakhir dengan jatuhnya Khulafa ar-Rasyidin ketika Perang Siffin. Ini sesuai dengan teori beliau dan Ibnu Khaldun bahawa agama memainkan peranan yang besar di dalam menggerakkan sesebuah tamadun.Kemudian Peringkat Rasional di mana prinsip-prinsip agama masih kukuh dan berkembang, ketika ilmu sains dan kesenian mula mendapat tempat dan ketamadunan pada waktu ini menuju ke zaman kegemilangannya, tetapi masyarakat tidak lagi dapat dikawal sebagaimana Peringkat Kerohanian. Jika di Islam peringkat ini ditandai oleh kegemilangan pemerintahan Umayyah dan Abasiah, dunia Barat melaluinya ketika Renaissance berkembang di Eropah selepas kejatuhan Islam. Akhir sekali, Peringkat Naluri di mana masyarakat sesebuah peradaban menghadapi zaman kegelapan. Ikatan keimanan yang menjadi penghubung anggota masyarakat sudah lemah dan kitaran peradaban berakhir. Jika melihat dari segi sejarah, zaman ini dilalui oleh umat Islam ketika jatuhnya Baghdad kepada bangsa Mongol, tidak lama selepas hidupnya Ibnu Khaldun. Toynbee juga seorang yang banyak terpengaruh dengan Ibnu Khaldun. Toynbee, sebagaimana Spengler, melihat krisis dunia Barat kontemporari akan dapat diatasi dengan satu tempoh di masa hadapan apabila mereka akan memeluk sebuah agama dari Timur. Meskipun begitu, wujud perbezaan di antara Malik Bennabi dengan Toynbee. Toynbee juga seorang sarjana sejarah yang banyak mempengaruhi tasawwur peradabannya, sedangkan Malik Bennabi cuma meminati sejarah lebih sebagai alat untuk menjelaskan teori-teorinya mengenai peradaban. Sumbangan Malik Bennabi terhadap dunia intelektual Islam terlalu besar untuk diperkatakan. Menurut Dato’ Seri Anwar Ibrahim, "Jika Iqbal menyalakan api dengan imaginasi puisinya, Bennabi melakukan sedemikan dengan prosanya yang sempurna. Tetapi, ulasan Bennabi mengenai pengalaman realiti peradaban mengatasi Iqbal."NIK NAZMI NIK AHMAD, 20, ialah seorang exco Unit Pendidikan Politik-Institut Kajian Dasar (UPP-IKD) dan Editor SuaraAnum.com.
dari : ccc.1asphost.com

Read More..

hamka

HAMKA (1908-1981), ulam, aktivis politik dan penulis Indonesia. Dia lahir pada 17 Februari 1908 di kampung Molek, Meninjau, Sumatera Barat, Indonesia. Nama sebenarnya ialah Haji Abdul Malik bin Abdul Karim. Ayahnya ialah Syekh Abdul Karim bin Amrullah atau dikenali sebagai Haji Rasul, seorang pelopor Gerakan Islah (tajdid) di Minangkabau, sekembalinya dari Makkah pada tahun 1906.
HAMKA mendapat pendidikan rendah di Sekolah Dasar Meninjau hingga Darjah Dua. Ketika usia HAMKA 10 tahun, ayahnya mendirikan Sumatera Thawalib di Padang Panjang. Di situ HAMKA mempelajari agama dan bahasa Arab. HAMKA juga pernah mengikuti pengajaran agama di surau dan masjid yang diberikan ulama terkenal seperti Syekh Ibrahim Musa, Syekh Ahmad Rasyid, Sutan Mansur, R. M Surjoparonto dan Ki Bagus Hadikusumo.
HAMKA lebih banyak belajar sendiri dan melakukan penyelidikan meliputi pelbagai bidang ilmu pengetahuan seperti falsafah, kesusasteraan, sejarah, sosiologi dan politik sama ada Islam atau Barat. Dengan kemahiran bahasa Arabnya yang tinggi, dia dapat menyelidiki karya ulama dan pujangga besar di Timur Tengah seperti Zaki Mubarak, Jurji Zaidan, Abbas al-‘Aqqad, Mustafa al-Manfaluti dan Husein Haikal. Melalui bahasa Arab juga, dia meneliti karya sarjana Perancis, Inggeris dan Jerman seperti Albert Camus, William James, Freud, Toynbee, Jean Sartre, Karl Marx dan Pierre Loti.
HAMKA juga rajin membaca dan bertukar-tukar fikiran dengan tokoh terkenal Jakarta seperti HOS Chokroaminoto, Raden Mas Surjoparonoto, Haji Fakrudin, Ar Sutan Mansur dan Ki Bagus Hadikusumo sambil dia mengasah bakatnya hingga menjadi seorang pemidato yang handal.
Kerjaya HAMKA bermula sebagai guru agama pada tahun 1927 di Perkebunan Tebing Tinggi, Medan dan guru agama di Padang Panjang pada tahun 1929. HAMKA kemudian dilantik sebagai pensyarah di Universitas Islam, Jakarta dan Universitas Muhammadiyah, Padan Panjang dari tahu 1957 hingga tahun 1958. Setelah itu, dia dilantik sebagai Rektor Perguruan Tinggi Islam, Jakarta dan Profesor Universitas Mustapo, Jakarta. Dari tahun 1951 hingga tahun1960, dia dilantik sebagai Pegawai Tinggi Agam ole Menteri Agama Indonesia, tetapi meletakan jawatan apabila Sukarno memberi kata dua sama ada menjadi pegawai kerajaan atau bergiat dalam politik Majlis Syura Muslim Indonesia (Masyumi).
HAMKA juga aktif dalam gerakan Islam melalui pertubuhan Muhammadiyah. Dia menyertai pertubuhan itu mulai tahu 1925 bagi menentang khurafat, bidaah, tarekat dan kebatinan sesat di Padang Panjang. Mulai tahu 1928, dia mengetuai cawangan Muhammadiyah di Padang Panjang. Pada tahun 1929, HAMKA mendirikan pusat latihan pendakwah Muhammadiyah. Pada tahun 1931, dia menjadi Konsul Muhammadiyah di Makasar. Kemudian dia terpilih menjadi Ketua Majlis Pimpinan Muhammadiyah di Sumatera Barat oleh Konferensi Muhammadiyah menggantikan S. Y. Sutan Mangkuto pada tahun 1946. Dia menyusun kembali pembangunan dalam Kongres Muhammadiyah ke-31 di Jogjakarta pada tahun 1950. Pada tahun 1953, HAMKA dipilih sebagai Penasihat Pimpinan Pusat Muhammadiah.
Pada 26 Julai 1957, Menteri Agama Indonesia iaitu Mukti ali melantik HAMKA sebagai ketua Umum Majlis Ulama Indonesia tetapi dia meletak jawatan pada tahun 1981 kerana nasihatnya diketepikan oleh pemerintah Indonesia.
Kegiatan politik Hamka bermula pada tahun 1925 apabila dia menjadi anggota parti politik Sarekat Islam. Pada tahun 1945, dia membantu menentang kemaraan kembali penjajah Belanda ke Indonesia melalui pidato dan menyertai kegiatan gerila di dalam hutan di Medan. Pada tahun 1947, HAMKA dilantik sebagai Ketua Front Pertahanan Nasional, Indonesia. Dia menjadi anggota Konstituante Masyumi dan menjadi pemidato utama dalam Pilihan Raya Umum 1955. Masyumi kemudiannya diharamkan oleh pemerintah Indonesia pada tahun 1960. Dari tahun 1964 hingga tahun1966, HAMKA dipenjarakan oleh Presiden Sukarno kerana dituduh pro-Malaysia. Setelah keluar dari penjara, HAMKA dilantik sebagai ahli Badan Musyawarah Kebajikan Nasional, Indonesia, anggota Majlis Perjalanan Haji Indonesia dan anggota Lembaga Kebudayaan Nasional, Indonesia.
Di samping aktif di Indonesia, HAMKA juga aktif pada peringkat antarabangsa. Pada tahun 1950, dia mengunjungi Arab Saudi, Mesir, Syria, Iraq dan Lebanon untuk membincangkan hal-hal yang berhubung dengan agama Islam. Pada tahun 1952, dia melawat Amerika Syarikat selama empat bulan atas tajaan State Department. Pada tahun1954, HAMKA mengunjungi Burma sebagai wakil Departemen Indonesia sempena perayaan 2000 tahun Buddha. Pada taun 1958, dia menyertai seminar Islam di Lahore dan pada tahun 1967 HAMKA menjadi tetamu kerajaan Malaysia.
Selain aktif dalam soal keagamaan dan politik, HAMKA merupakan seorang wartawan, penulis, editor dan penerbit. Sejak tahun 1920-an lagi, HAMKA menjadi wartawan beberapa buah akhbar seperti Pelita Andalas, Seruan Islam, Bintang Islam dan Seruan Muhammadiyah. Pada tahun 1928, dia menjadi editor majalah Kemajuan Masyarakat. Pada tahun 1932, dia menjadi editor dan menerbitkan majalah al-Mahdi di Makasar. HAMKA juga pernah menjadi editor majalah Pedoman Masyarakat, Panji Masyarakat dan Gema Islam.
HAMKA juga menghasilkan karya ilmiah Islam dan karya kreatif seperti novel dan cerpen. Karya ilmiah terbesarnya ialah Tafsir al-Azhar (5 jilid) dan antara novelnya termasuklah Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, Di Bawah Lindungan Kaabah dan Merantau ke Deli.
HAMKA pernah menerima beberapa anugerah pada peringkat nasional dan antarabangsa seperti Doktor Honoris Causa, Universiti al-Azhar, 1958; Doktor honoris Causa, Universiti Kebangsaan Malaysia, 1974 dan gelaran Datuk Indono dan Pengeran Wiroguno daripada kerajaan Indonesia.
HAMKA meninggal dunia pada 24 Julai 1981.

Read More..

mengapa israel ngotot hancurkan al-aqsha ?

Zionis-Israel telah secara terang-terangan memulai proyek penghancuran Masjidil Aqsha yang merupakan masjid tersuci ketiga bagi umat Islam sedunia.
Jika sebelumnya kaum Zionis ini melakukan hal tersebut secara diam-diam, bahkan menyangkalnya dengan berbagai dalih, namun di hari kedua bulan Februari ini mereka telah menyatakan secara terbuka bahwa mereka memang berniat menghancurkan masjid yang pernah menjadi kiblat pertama bagi kaum Muslimin.
Upaya Zionis-Israel untuk menghancurkan Masjidil Aqsha sudah lama diketahui dunia. Keinginan mereka untuk membangun kembali Haikal Sulaiman (The Solomon Temple), di atas reruntuhan Masjidil Aqsha juga telah menjadi rahasia umum. Hanya saja, apa dasar ideologi dan maksud-maksud tersembunyi di balik penghancuran Masjidil Aqsha dan pendirian Haikal Sulaiman tersebut, hal ini masih menjadi pertanyaan besar.
Klaim Sepihak
Haikal Sulaiman diyakini dibangun tahun 960 SM oleh Nabi Sulaiman a.s, 370 tahun kemudian bangsa Babylonia menginvasi Yerusalem dan menghancurkan kuil tersebut.
Setelah itu, tentara Persia yang dipimpin Cyrus merebut Yerusalem dari tangan Babylonia dan membangun kembali Haikal Sulaiman.
Tahun 70 M, pasukan Romawi menyerang Yerusalem dan menghancurkan kembali Haikal Sulaiman rata dengan tanah. Abad demi abad terus berjalan, namun cita-cita kaum Zionis-Yahudi untuk membangun kembali Haikal Sulaiman terus terpelihara dengan baik di dalam memori bangsanya.
Ketika gerakan Zionisme Internasional menyelenggarakan kongresnya yang pertama di Bassel, Swiss, tahun 1897, memori ini menemukan momentumnya dan Theodore Hertzl menyerukan agar semua Yahudi Diaspora berbondong-bondong memenuhi Tanah Palestina yang disebutnya sebagai Tanah Perjanjian.
Atas klaim sepihak, kaum Zionis ini mengatakan bahwa di bawah tanah Masjidil Aqsha inilah Haikal Sulaiman berdiri. Sebab itu, mereka mengatakan tidak ada pilihan lain kecuali menghancurkan Masjidil Aqsha dan kemudian membangun kembali Haikal Sulaiman di atasnya.
Bagi kaum Zionis, Haikal Sulaiman merupakan pusat dari dunia. Bukan Makkah, bukan pula Vatikan. Haikal Sulaiman-lah pusat seluruh kepercayaan dan pemerintahan segala bangsa. Keyakinan ini bukanlah berangkat tanpa landasan.
Dalam keyakinan Yudaisme yang sesungguhnya telah bergeser jauh dari Taurat yang dibawa oleh Musa a. S., bangsa Yahudi meyakini bahwa di suatu hari nanti seorang Messiah (The Christ) akan mengangkat derajat dan kedudukan bangsa Yahudi menjadi pemimpin dunia.
Kehadiran Mesiah inilah yang menjadi inti dari semangat kaum Yahudi untuk memenuhi Tanah Palestina. Namun hal ini menjadi perdebatan utama di kalangan Yahudi yang pro-Zionis dengan yang anti-Zionis.
Bagi yang pro-Zionisme, mereka menganggap Kuil Sulaiman harus sudah berdiri untuk menyambut kedatangan Messiah yang akan bertahta di atas singgasananya. Sedangkan bagi kaum Yahudi yang menolak Zionisme, bagi mereka, Messiah sendirilah yang akan datang dan memimpin pembangunan kembali Haikal Sulaiman yang pada akhirnya diperuntukkan bagi pusat pemerintahan dunia (One World Order).
Mengenai benar tidaknya lokasi bekas reruntuhan Kuil Sulaiman tepat berada di bawah Masjidil Aqsha, para sejarawan masih berbeda pendapat. Beberapa peneliti bahkan meyakini bahwa wilayah bekas berdirinya Kuil Sulaiman tersebut sesungguhnya berasa di luar kompleks Masjidil Aqsha sekarang ini.
Sejak menjajah Yerusalem di tahun 1967, kaum Zionis selalu berupaya merusak Masjidil Aqsha. Tahun 1969 sekelompok Yahudi fanatik berupaya membakar Masjid ini. Mereka juga terus melakukan penggalian di bawah tanah Masjidil Aqsha dengan alasan tengah melakukan riset arkeologis.
Belum cukup dengan itu, di dalam terowongan-terowongan yang digali, mereka juga mengalirkan air dalam jumlah besar dengan tujuan menggoyahkan kekuatan tanah di bawah masjid agar pondasi masjid menjadi rapuh. Akibatnya sekarang ini banyak pondasi masjid yang sudah rapuh dan jika ada gempa bumi sedikit saja maka bukan mustahil Masjidil Aqsha bisa runtuh.
Sekarang, tentara Zionis sudah secara terang-terangan hendak menghancurkan Masjidil Aqsha. Mereka tidak lagi mengeluarkan dalih macam-macam. Apakah ini merupakan tanda bahwa mereka sudah yakin bahwa sebentar lagi Messiah yang dinanti-nantikan akan segera hadir?
Hari Akhir
Menyongsong berdirinya Kuil Sulaiman, ‘Presiden’ Zionis-Israel Moshe Katsav melayangkan sepucuk surat kepada Perdana Menteri Vatikan yang berisi permintaan agar Tahta Suci Vatikan mengembalikan seluruh harta karun dan benda-benda berharga yang kini memenuhi kompleks Tahta Suci kepada mereka.
Kaum Zionis masih ingat betul, ketika di tahun 70M, pasukan Romawi menyerbu Yerusalem dan memboyong banyak harta karun dari Kuil Sulaiman dan membawanya ke Vatikan.
Jika harta karun sudah dikembalikan, maka ada satu syarat lagi menjelang hadirnya Messiah, yakni mereka harus menemukan dan menyembelih serta membakar seekor sapi betina berbulu merah berusia tiga tahun dan belum pernah melahirkan anak. Untuk yang satu ini pun kaum Zionis telah mempersiapkannya. Melalui suatu proses rekayasa genetika, di tahun 1997, mereka telah mendapatkan seekor sapi dengan ciri-ciri tersebut.
Hanya saja, mereka terbentur satu persyaratan lagi, yakni penyembelihan dan pembakaran sapi merah ini harus dilakukan di atas kaki Bukit Zaitun.
Masalahnya, daerah ini sekarang belum bisa dijajah Zionis-Israel seperti wilayah Palestina lainnya. Kaki Bukit Zaitun masih berada di tangan yang berhak, yakni di tangan bangsa Palestina. Sebab itu, kaum Zionis selalu berupaya tanpa lelah mengusir orang-orang Palestina dari wilayah ini.
Memperdaya Pemeluk Kristen
Guna mencapai tujuannya, kaum Zionis tidak berusaha sendirian. Mereka juga memperdaya musuh-musuhnya yakni umat Kristen dan kaum Muslimin. Untuk memperdaya umat Kristiani, kaum Zionis menyusupkan nilai-nilai Talmud ke dalam Bibel seperti yang terjadi atas Injil Scofield atau Injil Darby.
Bahkan Injil versi King James sebagai Injil resmi Barat pun demikian. Sebab itu, tidak aneh jika sekarang ini sikap politik umat Kristiani seolah sama sebangun dengan kaum Yahudi. Padahal di dalam banyak ayat-ayat Talmud, kaum Yahudi ini begitu keras permusuhannya terhadap Kristen dan Yesus.
Keyakinan Injil juga menyebutkan tentang hadirnya The Christ kembali ke muka bumi (Maranatha atau The Second Coming) dalam wujud Tuhan seutuhnya. Kaum Yahudi menggiring opininya bahwa Maranatha tidak akan terjadi sebelum Haikal Sulaiman berdiri kembali di Yerusalem.
Kesamaan pandangan inilah yang membuat orang-orang Kristen mendiamkan ulah kaum Zionis yang hendak menghancurkan Masjidil Aqsha. Orang-orang Kristen ini telah terbius dengan retorika dan racun Zionis sehingga tidak bisa bersikap kritis dan mereka lupa bahwa salah satu agenda utama Zionis ini adalah juga meruntuhkan Tahta Suci Vatikan dan memindahkannya ke Yerusalem.
Dari sisi hukum internasional, upaya penghancuran Masjidil Aqsha juga tidak bisa dibenarkan. Berdasarkan Resolusi DK-PBB Nomor 242 dan beberapa resolusi lainnya, rezim Zionis Israel wajib melindungi masjid ini dan menuntut Zionis agar mundur dari seluruh wilayah Tepi Barat Sungai Jordan dan Jalur Gaza, dan menyerahkan wilayah itu kepada penduduk aslinya yang tak lain adalah rakyat Palestina. Namun dalam tataran praktek, resolusi ini tidak dijalankan.
Menurut keyakinan Yahudi, jika Messiah sudah bertahta di atas singgasana Haikal Sulaiman, maka Messiah itu akan memimpin kaum Yahudi untuk memerangi siapa pun yang tidak mau tunduk pada The New World Order, yakni si Yahudi itu sendiri. (Rz)
http://www.eramuslim.com/news/tha/45caf0cf.htm

Read More..

Sedikit motivasi

Jangan lihat masa lampau dengan penyesalan, jangan pula lihat masa depan dengan ketakutan, tapi lihatlah sekitarmu dengan penuh kesadaran. ( james Thurber )

Maut bukanlah kehilangan terbesar dalam hidup, kehilangan yang terbesar adalah apa yang mati dalam sanubari sementara kita masih hidup. ( Norman cousins )

Jangan pernah berpisah tanpa ungkapan kasih sayang untuk dikenang, mungkin saja perpisahan itu ternyata untuk selamanya. ( jean paul richter )

Pengalaman bukan apa yang terjadi pada anda, melainkan apa yang anda lakukan atas apa yang terjadi pada anda.

Read More..

Mengintip konspirasi kaum templar

Ksatria Templar, ordo militer Kristen terbesar dan paling kuat yang dikenal sebagai ‘Para Perwira Miskin Kristus dan Bait Salomo’, tak lain adalah cikal-bakal gerakan freemason. Pernah menontong film "Kingdom of Heaven"? film perebutan kota Jerusalem karya sutradara film Gladiator, Ridley Scott?. "Kingdom of Heaven" bercerita mengenai suasana Jerusalem pada masa Perang Salib di abad ke-12, dimana Raja Jerusalem saat itu, King Baldwin (Edward Norton), memilih untuk menjalin dan mempertahankan perjanjian damai dengan pihak kerajaan Islam yang dipimpin oleh “Saladin” (sebutan orang Barat terhadap Salahuddin Al-Ayyubi. Pejuang legendaris Islam).Alkisah, karena melihat sejarah buram berbagai korban yang ditimbulkan oleh akibat Perang Salib itulah, King Baldwin (dari pihak Kristen) ingin mengadakan perjanjian damai dengan pihak Islam (yang diwakili Salahuddin Al-Ayyubi).Perjanjian damai yang diinginkan Baldwin adalah terciptanya Jerusalem sebagai suatu kerajaan surgawi yang tentram dan makmur, tanpa peperangan dan kebencian, yang dia istilahkan dengan, "A kingdom of concious, peace instead of war, love instead of hate".Sayangnya, rencana perjanjian indah itu ternoda oleh ambisi dan kerakusan oleh segolongan kecil orang dari kubu pasukan Kristen. Golongan ini dikepalai oleh Guy de Lusignan (Marton Csokas), suami dari adik raja, sekaligus calon raja Jerusalem. Ia, lebih memilih melakukan konfrontrasi dengan pasukan Islam secara terang-terangan. Guy de Lusignan lah (dalam cerita film tersebut) yang digambarkan sebagai sosok pemimpin pasukan ksatria Templar (Knights Templar).Disaat pihak raja Kristen dan Islam sedang mencari jalan damai, justru para Kesatria Templar-lah, yang melakukan pembantaian sekelompok masyarakat Islam dengan sangat keji, termasuk adik dari Panglima Islam kala itu, yakni Salahuddin Al-Ayyubi. Begitu kejinya, sampai-sampai utusan yang dikirim Salahuddin untuk meminta jasad adiknya, justru Guy membunuh sang kurir dari Saracen (sebutan untuk kaum Muslim) dengan memotong kepalanya. Ksatria Templar adalah sebuah ordo militer Kristen terbesar dan paling kuat. Dia lahir sebagai dengan sebutan ‘Para Perwira Miskin Kristus dan Bait Salomo’, yang berpusat di Yerusalem. Ksatria Templar dibentuk pada 1118, setelah Perang Salib Pertama 1096 dibawah pimpinan Paus Urban II.. Tadinya, ia hanya bertugas membantu Kerajaan Yerusalem melindungi kerajaannya, dan untuk melindungi keamanan para peziarah Eropa yang ingin pergi ke Yerusalem. Para Ksatria Templar, ibarat pasukan khusus yang hanya tunduk pada perintah kepausan.Dalam perkembangannya, Kaum Templar begitu cepat berkembang. Bahkan menjadi penggerak utama dalam politik internasional di masa Perang Salib. Karena itu, Kepausan memberinya tugas istimewa (lihat Omne Datum Optimum) dengan mengijinkan mereka mengumpulkan pajak dan menerima sumbangan, yang sebagian hasil yang dikumpulkan saat Perang Salib dari kaum Muslim.Kepercayaan yang luar biasa pada para Ksatria Templar menyebabkan ordo ini semakin menggurita, terutama dalam hal keuangan. Tak heran pundi-pundi uang disimpan di kantor-kantor cabang dan gereja-gereja mereka. Begitu besarnya uang yang dimiliki, sampai-sampai, sutradara Holywood pernah membuat film berjudul, “National Treasure”, yang berceita tentang legenda harta karun para Ksatria Templar. Konon, harta karun ini sangat besar, bahkan mungkin paling besar dalam sejarah manusia, dan tersembunyi di sebuah tempat di AmerikaKarena berjibunnya uang itu, tahun 1135 ordo ini memulai kegiatan baru berupa pinjam-meminjamkan uang kepada para peziarah Spanyol yang ingin berkunjung ke Tanah suci. Kelak kegiatannya ini k Mereka pula yang pertama kali menyelenggarakan sistem cek dan kredit, menyerupai yang ada pada sebuah bank. Menurut penulis Inggris, Michael Baigent dan Richard Leigh, mereka membangun semacam kapitalisme abad pertengahan, dan merintis jalan menuju perbankan modern dengan transaksi mereka yang kita kenal dengan istilah perbankan dan dunia riba.Mereka pula yang pertama kali menyelenggarakan sistem cek dan kredit, menyerupai yang ada pada sebuah bank. Menurut penulis Inggris, Michael Baigent dan Richard Leigh, mereka membangun semacam kapitalisme abad pertengahan, dan merintis jalan menuju perbankan modern dengan transaksi mereka yang berbasis bunga.
Cikal-bakal Freemason
Sayangnya, di saat kekuatan dan kekayaanya semakin menggurita, ketamakannya dan kedoknya mulai terkuak. Para Templar, secara diam-diam justru hanya memanfaatkan gereja meski perilakunya jauh keluar dari iman Katolik. Diantara penyimpangannya adalah; mereka melakukan ritual-ritual setan yang tak pernah diajarkan dalam Katolik. Para Templar, yang awalnya bersemboyan ‘Para Perwira Miskin Kristus” sesungguhnya adalah orang-orang superkaya. Para Templar menyebut dirinya “tentara miskin”, tetapi dalam waktu singkat mereka menjadi sangat makmur. Sebagian kaum Templar mengaku mereka melakukan tindakan-tindakan homoseksual, dan bahwa mereka menyembah kepala manusia dan sebuah agama misteri yang dikenal sebagai Bafomet. Para Templar juga melakukan ritual yang dianggap keluar dari iman Katolik karena meludahi Salib tiga kali, serta mencium bokong orang lain. Tahun 1307, Raja Prancis Philip le Bel dan Paus Clement V memutuskan untuk menangkap dan membubarkan anggota-anggota ordo ini. Clevement V bahkan mengeluarkan keputusan kepausan dengan nama Vox in Excelso (suara dari langit). Sejak itu, para pemimpin Templar, yang dijuluki “pemimpin Besar (Grand Master)”, mulai dari yang terpenting dari mereka, Jacques de Molay, dihukum mati pada tahun 1314 atas perintah Gereja dan Raja. Kebanyakan mereka dijebloskan ke dalam penjara, namun sebagaian melarikan diri ke tempat yang aman.Salah satunya mereka berlindung di satu-satunya kerajaan di Eropa yang tidak mengakui kekuasaan Gereja Katolik di abad keempat belas, yaitu Skotlandia. Di sana, mereka menyusun kekuatan kembali di bawah perlindungan Raja Skotlandia, Robert the Bruce. Mereka juga melakukan penyamaran dan melanjutkan gerakan rahasia mereka dalam bentuk gilda (serikat sekerja) di Kepulauan Inggris abad pertengahan lalu mereka menguasainya. Mereka juga memilih Negara Swiss sebagai tempat pelarian dan penyusunan kembali kekuatannya. Pendeknya, para Templar tidak tertumpas, sebaliknya filsafat serta berbagai kepercayaan dan upacara mereka tetap berlangsung di balik samaran Freemasonry, yang kelak masih ada hubungannya dengan Yahudi dan Zionisme.Sebuah buku yang ditulis oleh dua orang Mason, Christopher Knight dan Robert Lomas, yang berjudul the Hiram Key pernah mengungkapkan beberapa fakta penting tentang akar-akar gerakan Freemasonry. Menurut mereka, jelas sekali bahwa Masonry adalah kesinambungan dari para Templar.Adalah penting bagi anda membaca buku yang tak kalah serunya dengan cerita dalam film ini. Ordo Templar, membuktikan pada kita semua bahwa teori konspirasi memang ada. Para Templar juga membuktikan bagaimana ada ‘negara dalam negara’. (Hidayatullah.com)(oleh Masfufah. Penulis ibu rumah tangga dan penggemar tinggal di Surabaya)Resensi Buku: Judul Buku: “Ksatria-Ksatria TEMPLAR Cikal Bakal Gerakan Freemasonry”Penulis: Harun YahyaTebal: 171 HalamanPenerbit: Risalah Gusti-SurabayaTahun: 2005

Read More..

apa kata injil ttg Muhammad SAW

Apa kata injil tentang Muhammad SAW

“Katakanlah, 'Terangkanlah kepadaku, bagaimanakah pendapatmu jika Al-Qur'an itu datang dari sisi Allah, padahal kamu mengingkarinya dan seorang saksi dari Bani Israil mengakui (kebenaran) yang serupa dengan (yang disebut dalam) Al-Qur'an…' "(QS. Al-Ahqaaf: 10).

Saudara ketua, ibu-ibu dan bapak-bapak,

Tema pembicaraan sore ini "Apa Yang Dikatakan Injil Tentang Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam tiada keraguan hal ini tentu mengejutkan kebanyakan Anda karena pembicara adalah seorang Muslim. Bagaimana bisa terjadi seorang Muslim menjelaskan secara terperinci ramalan kitab orang Yahudi dan Kristen?

Sebagai anak muda, sekitar 30 tahun yang lalu, saya menghadiri serangkaian ceramah keagamaan oleh seorang ahli ilmu agama kristen, yang terhormat Pendeta Hiten, pada "Theatre Royal", Durban.

Paus atau Kissinger?
Pendeta yang terhormat ini, menjelaskan secara terperinci ramalan-ramalan Injil. Ia terus membuktikan bahwa kitab Injil meramalkan kebangkitan Sovyet Rusia dan hari akhir. Pada satu tahap ia melanjutkan pembuktian lebih luas bahwa kitab sucinya tidak menghilangkan Paus dari ramalannya. Dengan penuh semangat ia berbicara panjang lebar untuk meyakinkan pendengarnya bahwa "Beast 666" yang disebutkan dalam kitab wahyu tersebut kitab terakhir dari Perjanjian Baru adalah Paus, pendeta Kristus dibumi. Tidak pantas bagi kita umat Islam untuk ikut dalam pertentangan anfara Katholik Roma dan Protestan ini. Tetapi, penjelasan terakhir orang Kristen mengatakan bahwa "Beast 666" pada kitab Injil adalah Dr. Henry Kissinger.

Sarjana-sarjana Kristen berlaku jujur dan tak kenal lelah dalam usahanya membuktikan kasus mereka.

Ceramah Pendeta Hiten membuat saya bertanya jika kitab Injil meramalkan banyak hal bahkan termasuk "Paus" dan "Israel"- maka tentunya harus ada sesuatu yang mengatakan tentang kedermawanan terbesar dari umat manusia Nabi suci Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam-.

Sebagai pemuda saya mulai mencari jawabannya: Saya menemui banyak pendeta, menghadiri ceramah dan membaca segala sesuatu yang dapat saya hubungkan dengan ramalan Injil. Malam ini saya akan menceritakan kepada Anda satu dari tanya jawab-tanya jawab ini dengan seorang dominee dari Gereja Reformasi Belanda.


Angka Keberuntungan 13
Saya diundang ke Transvaal untuk berbicara pada peringatan Maulid Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam. Saya mengetahui bahwa di propinsi tersebut bahasa Afrika digunakan secara umum, bahkan oleh bangsa saya sendiri, saya merasa harus sedikit belajar bahasa ini, sehingga dapat merasa sedikit seperti di rumah sendiri dengan masyarakat tersebut. Saya membuka buku petunjuk telepon dan mulai menelpon para pembicara gereja Afrika. Saya menyatakan maksud saya kepada para pendeta bahwa saya tertarik berdialog dengan mereka, tetapi mereka semua menolak permintaan saya dengan permohonan maaf yang dapat diterima. Angka 13 adalah angka keberuntungan saya. Telepon ke 13 membuat saya merasa senang dan lega. Van Heerden, seorang dominee, setuju untuk bertemu saya di rumahnya pada Sabtu siang, sehingga saya harus pergi ke Transvaal.

Dominee menerima saya di Beranda dengan sambutan yang bersahabat, dan berkata jika saya tidak keberatan, ia akan senang jika ayah mertuanya yang berasal dari Free State (seorang pria tua berumur 70-an) bergabung dengan kami dalam diskusi. Saya tidak keberatan. Kami bertiga duduk di perpustakaannya. .

Mengapa Tidak Ada?
Saya mengajukan pertanyaan, "Apakah yang dikatakan Injil tentang Muhammad?"

Tanpa ragu-ragu ia menjawab, "Tidak ada!"

Saya bertanya, "Mengapa tidak ada? Berdasarkan penafsiran Anda Injil mengatakan banyak hal tentang kebangkitan Soviet Rusia dan tentang hari akhir, bahkan tentang Paus dari Katholik Roma?"

Dia berkata, "Ya, tetapi tidak ada tentang Muhammad!"

Saya bertanya lagi, "Mengapa tidak ada? Muhammad seorang yang bertanggungjawab membawa jutaan pengikutnya menjadi sebuah komunitas yang mendunia, yang dengan pengaruhnya, percaya pada:
1. Keajaiban kelahiran Yesus,
2. Bahwa Yesus adalah Mesias,
3. Bahwa dengan izin Tuhan, Ia dapat menghidupkan orang mati, menyembuhkan orang buta sejak lahir dan penderita kusta.

Tentunya kitab tersebut (Injil) mengatakan sesuatu tentang pemimpin besar manusia ini, yang berkata sangat baik tentang Yesus dan ibunya Maryam?" (Kesejahteraan untuk mereka berdua).

Orang tua dari Free State menjawab, "Anakku, saya telah membaca Injil selama 50 tahun lebih dan jika terdapat sesuatu yang menyinggung tentang Muhammad, saya akan mengetahuinya."

Tidak Ada Nama Itu
Saya bertanya, "Menurut Anda, bukankah di dalam Perjanjian Lama terdapat ratusan ramalan sehubungan dengan kedatangan Yesus".

Dominee menyela, "Bukan ratusan, bahkan ribuan!"

Saya berkata, "Saya tidak akan memperdebatkan 1001 ramalan di Perjanjian Lama sehubungan dengan kedatangan Yesus Kristus, karena umat Islam di seluruh dunia telah menerimanya tanpa perlu pembuktian dari ramalan Injil mana pun. Kami umat Islam secara defacto telah menerima Yesus dengan pengaruh Muhammad saja, dan saat ini di dunia terdapat tidak kurang dari 900.000.000 pengikut Muhammad yang mencintai, memuliakan dan menghormati utusan Tuhan yang besar ini -Yesus Kristus-tanpa perlu diyakinkan oleh umat Kristen melalui arti Injil dalam dialek bahasa mereka. Dari ribuan ramalan tersebut, dapatkah Anda menunjukkan satu saja ramaian yang menyebutkan nama Yesus? Istilah Mesias yang diterjemahkan Kristus adalah bukan nama tetapi sebuah sebutan. Adakah sebuah ramalan yang mengatakan bahwa nama Mesias akan menjadi Yesus dan nama ibunya akan menjadi Maria; bahwa yang seharusnya menjadi ayahnya adalah Yusuf si tukang kayu; bahwa ia akan lahir pada masa pemerintahan raja Hero dan lain-lain?

"Tidak! Tidak ada perincian seperti itu!" jawab Dominee.

Saya bertanya, "Lalu bagaimana Anda menyimpulkan bahwa ribuan ramalan tersebut mengacu kepada Yesus?"

Apakah Ramalan Tersebut?
Dominee menjawab, "Perhatikan, ramalan adalah kata-kata yang menggambarkan sesuatu yang akan terjadi pada masa yang akan datang. Ketika hal itu terjadi, kita lihat secara nyata pemenuhan atas apa yang telah diperkirakan di masa lalu dalam ramalan-ramalan tersebut."

Saya berkata, "Apa yang sebenarnya Anda lakukan adalah bahwa Anda menyimpulkan, mencari alasan, menempatkan dua dan dua bersama-sama."

Dia berkata, "Ya."

Saya berkata, "Jika ini yang Anda lakukan dengan ribuan ramalan untuk membenarkan pendapat Anda tentang keaslian Yesus, mengapa kita tidak melakukan sistem yang sama untuk Muhammad? Dominee setuju hal tersebut adalah argumen yang adil, alasan yang dapat diterima dalam memperlakukan masalah tersebut.

Saya memintanya untuk membuka Ulangan, pasal 18, ayat 18 (kitab kelima dari kitab Yahudi dan Kristen). Saya membaca ayat tersebut berdasarkan ingatan dalam versi Afrika, dengan tujuan sedikit berlatih bahasa yang digunakan bangsa di Afrika Selatan tersebut.

'N Profeet Sal Ek Vir Hulle
Verwek Uit Die Midde Van Hulle Broers,
Soos Jy Is,
En Ek Sal My Woorde In Sy Mond Le,
En Hy Sal Aan Hulle Se
Alles Wat Ek Hom Beveel
Deut. 18:18

Terjemahannya sebagai berikut:
"Seorang nabi akan Kubangkitkan bagi mereka dari antara saudara mereka, seperti engkau ini; Aku akan menaruh firman-Ku dalam mulutnya, dan ia akan mengatakan kepada mereka segala yang Kuperintahkan kepadanya." (In-jil-Ulangan 18: 18)

Nabi Seperti Musa
Saya meminta maaf karena pelafalan yang tidak jelas dalam membacakan versi tersebut dalam bahasa Afrika. Dominee meyakinkan saya bahwa saya melakukannya dengan baik. Saya bertanya, "Kepada siapa ramalan tersebut ditujukan?"

Tanpa keraguan sedikit pun dia menjawab, "Yesus!"

Saya bertanya, "Mengapa Yesus, namanya tidak disebut di sini?"

Dominee menjawab, "Karena ramalan adalah kata-kata yang menggambarkan sesuatu yang akan terjadi pada masa yang akan datang, kita temukan kata-kata dalam ayat ini cukup melukiskannya. Anda lihat, kata yang paling penting dari ramalan ini adalah Soos Jy Is (like unto thee), -seperti kamu- seperti Musa, dan Yesus seperti Musa.

Saya bertanya, "Dalam hal apa Yesus seperti Musa?"

Jawabannya adalah; "Pertama, Musa adalah seorang Yahudi dan Yesus juga seorang Yahudi; Kedua, Musa adalah seorang nabi dan Yesus juga seorang nabi -karena itu Yesus seperti Musa dan itu tepat sekali seperti yang dikatakan Tuhan kepada Musa- Soos Jy Is.

"Dapatkah Anda pikirkan persamaan-persamaan lain antara Musa dan Yesus?" tanya saya.

Dominee mengatakan ia tidak dapat memikirkan yang lain. Saya membalas, "Jika hanya dua kriteria ini saja untuk menentukan calon dalam ramalan pada Ulangan 18: 18, maka untuk kasus ini kriteria dapat dipenuhi oleh setiap tokoh setelah Musa pada kitab Injil: -Solomon, Yesaya, Ezekiel, Daniel, Hosea, Yoel, Malachi, Yohanes Pembaptis dan lain-lain, karena mereka semua juga seorang "Yahudi" dan "Nabi". Mengapa tidak menerapkan ramalan tersebut kepada salah satu nabi-nabi ini, dan mengapa harus Yesus? Mengapa kita harus menganggap yang satu ikan sementara yang lainnya unggas?" Dominee tidak menjawab.
Saya meneruskan, "Perhatikan, kesimpulan saya adalah Yesus hampir tidak seperti Musa, dan jika salah, saya akan senang jika Anda meluruskan saya."

Tiga Ketidaksamaan
Sambil berkata, saya memberi alasan kepadanya:

Pertama, Yesus tidak seperti Musa, karena, menurut Anda "Yesus adalah Tuhan", tetapi Musa bukanlah Tuhan. "Apakah hal ini benar?" saya bertanya kepada Dominee.

Dominee menjawab, "Ya."

Saya berkata, "Karena itu Yesus tidak seperti Musa!"

Kedua, menurut Anda "Yesus Mati Untuk Dosa-dosa Dunia", tetapi Musa tidak mati untuk hal tersebut. "Apakah hal ini benar?" saya bertanya kepada Dominee.

Dia menjawab lagi, "Ya."

Saya berkata, "Karena itu Yesus tidak seperti Musa!"

Ketiga, menurut Anda "Yesus Pergi Ke Neraka Selama Tiga Hari", tetapi Musa tidak masuk ke sana. "Apakah hal ini benar?" saya bertanya kepada Dominee.

Dia menjawab tanpa perlawanan, "Ya."

Saya menyimpulkan, "Karena itu Yesus tidak seperti Musat"

"Tetapi.:.," kata Dominee menyela.

Saya lanjutkan dulu, kataku, "ini semua bukanlah fakta yang sukar, kokoh dan nyata. Hal ini adalah persoalan keyakinan belaka di mana seorang awam dapat tersandung dan jatuh. Marilah kita diskusikan sesuatu yang sangat sederhana, sangat mudah, yang jika orang awam diundang untuk mendengar diskusi tersebut mereka tidak akan kesulitan mengikutinya, bagaimana?" Dominee sangat senang dengan usulan tersebut.

DELAPAN ARGUMEN YANG TAK TERBANTAH

1. Ayah dan Ibu
Musa mempunyai seorang ayah dan seorang ibu. Muhammad juga mempunyai seorang ayah dan seorang ibu. Tetapi Yesus hanya mempunyai seorang ibu, dan ayahnya bukan seorang manusia. Apakah hal ini benar?"

Dia berkata, "Ya."

Saya berkata, "Daarom is Jesus nie soos moses nie, maar Muhummed is soos moses!" artinya: "Karena itu Yesus tidak seperti Musa, tetapi Muhammad seperti Musa!" (Sejak saat ini pembaca akan menyadari bahwa saya menggunakan bahasa Afika hanya bertujuan untuk latihan. Saya harus menghentikan penggunaannya dalam penjelasan ini).

2. Kelahiran Ajaib
Musa dan Muhammad lahir secara normal dan alamiah, yaitu melalui percampuran fisik antara seorang pria dan wanita, tetapi Yesus diciptakan dengan sebuah keajaiban istimewa. Dalam Kitab Matius 1: 18 "... sebelum mereka (Yusuf dan Maria) hidup sebagai suami istri, ternyata Maria mengandung dari Roh Kudus ..." Dan, Lukas mengatakan bahwa ketika berita gembira atas kelahiran anak suci tersebut diberitahukan kepada Maria, dia memberi alasan: "... bagaimana hal itu mungkin terjadi, sedangkan aku belum bersuami? Jawab malaikat itu kepadanya, "Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Maha Tinnggi akan menaungi engkau...." (Lukas l: 34-35).

Kitab Suci Al-Qur'an menegaskan kelahiran Yesus yang ajaib tersebut dalam istilah yang mulia dan luhur dalam menjawab pertanyaan yang logis dari Maria: "Ya Rabbku, betapa mungkin aku mempunyai anak, padahal aku belum pernah disentuh oleh seorang laki-lakipun?"Allah berfirman (dengan perantaraan Jibril): "Demikianlah Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya. Apabila Allah berkehendak menetapkan sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata kepadanya: "Jadilah" lalu jadilah dia."(QS. Ali Imran: 47). Bukanlah menjadi keharusan bagi Allah untuk menanam benih pada seseorang atau binatang. Jika Dia menghendakinya itu pasti akan terjadi. Ini adalah konsep umat Islam pada kelahiran Yesus. (Ketika sayamembandingkan versi Al-Qur'an dan Injil tentang kelahiran Yesus kepada pendeta Dunkers, pemimpin masyarakat penginjil, di kota terbesar kami ini, dan ketika saya bertanya, "Versi mana yang lebih Anda sukai untuk diberikan kepada anak perempuan Anda, Al-Qur'an atau Injil?"

Pria tersebut menundukkan kepalanya dan menjawab, "Versi Al-Qur'an."
Dengan cepat saya berkata kepada Doominee, "Apakah benar kelahiran Yesus yang ajaib berlawanan dengan kelahiran Musa dan Muhammad yang alami?"

Dia menjawab dengan bangga, "Ya!"

Saya berkata, "Karena itu Yesus tidak seperti Musa tetapi Muhammad seperti Musa".

Dan, Tuhan berkata kepada Musa pada Ulangan 18: 18 "Like unto thee" (Seperti kamu, seperti Musa) dan Muhammad seperti Musa.


3. Ikatan Perkawinan
Musa dan Muhammad menikah dan mempunyai anak, tetapi Yesus tetap menjadi seorang bujangan selama hidupnya. "Apakah hal ini benar?" saya bertanya kepada Dominee.

Dominee menjawab: "Ya."

Saya berkata, "Karena itu Yesus tidak seperti Musa , tetapi Muhammad seperti Musa"

4.Yesus Ditolak Oleh Kaumnya
Musa dan Muhammad diterima sebagai nabi oleh kaumnya dalam kehidupan mereka. Tidak ada keraguan bahwa orang-orang Yahudi terus menerus memberi kesulitan kepada Musa, tetapi sebagai bangsa secara keseluruhan, mereka mengetahui bahwa Musa adalah utusan Allah yang dikirim untuk mereka. Orang-orang Arab juga membuat kehidupan Muhammad menjadi menderita. Beliau sangat menderita akibat ulah mereka. Setelah 13 tahun berda'wah di Makkah, beliau harus pindah dari kota kelahirannya.

Tetapi sebelum kematiannya, bangsa Arab secara keseluruhan telah menerimanya sebagai utusan Allah. Tetapi berdasarkan Injil - "Dia (Yesus) datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerimanya." (Yohanes 1: 11). Dan bahkan sampai hari ini, setelah 2000 tahun, kaumnya orang-orang Yahudi, secara keseluruhan telah menolaknya. "Apakah hal ini benar?" saya bertanya kepada Dominee.

Dominee berkata, "Ya."

Saya berkata; "Karena itu Yesus tidak seperti Musa, tetapi Muhammad seperti Musa."

5. Kerajaan "Dunia Lain"
Musa dan Muhammad adalah nabi dan juga raja. Nabi berarti seorang manusia yang menerima wahyu untuk menunjuki manusia dan menyampaikan petunjuk ini kepada ciptaan Allah seperti yang diterimanya tanpa ada penambahan atau pengurangan. Raja adalah seorang manusia yang mempunyai kekuasaan atas hidup dan mati rakyatnya. Tidaklah penting apakah orang tersebut mengenakan mahkota atau tidak, atau apakah dia mengenakan pakaian raja; Jika seseorang mempunyai hak untuk memberikan hukuman mati -Dia adalah raja-. Musa memiliki kekuasaan tersebut. Ingatkah Anda orang Israel yang pada hari Sabbath ditemukan sedang mengumpulkan kayu bakar, dan Musa menghukum mati orang tersebut dengan dilontari batu? (Bilangan 15: 36). Terdapat tindakan kejahatan lainnya yang disebutkan dalam Injil yang karenanya Musa memberikan hukuman mati pada orang-orang Yahudi tersebut. Begitujuga Muhammad, beliau memiliki kekuasaan atas hidup dan mati kaumnya. Pada Injil terdapat beberapa contoh orang-orang yang hanya diberi kenabian, tetapi tidak dalam posisi untuk menerapkan petunjuk mereka. Beberapa orang suci Tuhan yang tidak berdaya menghadapi penolakan yang keras atas pesan yang disampaikan mereka ini adalah nabi Lot, Jonah, Daniel, Ezra dan Yohanes Pembaptis. Mereka hanya dapat menyampaikan pesan, tetapi tidak dapat memaksakan hukuman. Sayangnya nabi suci Yesus juga termasuk kategori ini. Para penginjil Kristen dengan jelas membenarkan hal ini: Ketika Yesus diseret sebelum Gubernur Roma (Pontius Pilate) menuduhnya sebagai pendusta, Yesus membuat sebuah pernyataan meyakinkan dalam pembelaannya untuk menyangkal tuduhan yang salah:

"Jawab Yesus, 'Kerajaanku bukan dari dunia ini; Jika kerajaanku dari dunia ini, pasti hamba-hambaku telah melawan, supaya aku jangan diserahkan kepada orang orang Yahudi, akan tetapi kerajaanku bukan dari sini. " (Yohanes 18: 36). Hal ini meyakinkan Pilatus (seorang penyembah berhala) dengan pemikiran bahwa Yesus tidak sepenuhnya berkuasa atas kemampuan ruhaninya, dia tidak menganggapnya orang yang membahayakan pemerintahannya. Yesus hanya menuntut sebuah kerajaan spiritual, dengan kata lain dia hanya menyatakan sebagai seorang nabi. "Apakah hal ini benar?" saya bertanya kepada Dominee.

Dominee menjawab, "Ya."

Saya berkata, "Karena itu Yesus tidak seperti Musa, tetapi Muhammad seperti Musa."

6. Tak Ada Hukum Baru
"Musa dan Muhammad membawa hukum dan aturan baru untuk kaumnya. Musa tidak hanya memberi 10 perintah Allah kepada orang-orang Israel, tetapi hukum-hukum peribadatan yang sangat luas sebagai petunjuk kaumnya. Muhammad datang kepada sebuah kaum yang sangat bodoh dan biadab. Mereka menikahi ibu tirinya, menguburkan anak perempuannya hidup-hidup, mabuk-mabukan, berzina, menyembah berhala dan berjudi dari hari ke hari. Gibbon melukiskan orang-orang Arab sebelum Islam dalam Decline and Fal1 of the Roman Empire (artinya: Kemunduran dan Keruntuhan Kekaisaran Romawi.), "Kebrutalan manusia, hampir tanpa perasaan, sulit dibedakan keburukannya dari sisa-sisa penciptaan hewan." Sukar mendapatkan sesuatu yang membedakan antara manusia dan hewan pada saat itu. Mereka adalah hewan dalam wujud manusia.

Dari kebiadaban yang hina ini, Muhammad meng-angkat mereka, dalam kata-kata Thomas Carlysle, "Menjadi pembawa obor penerangan dan pelajaran. Bagi bangsa Arab ini adalah kelahiran dari kegelapan menjadi cahaya. Untuk pertama kalinya Arab menjadi hidup karenanya. Masyarakat penggembala yang miskin, mengembara tidak dikenal di padang pasir sejak penciptaan dunia. Perhatikan, tidak dikenal menjadi terkemuka di dunia, yang kecil telah tumbuh menjadi dunia besar. Dalam satu abad kemudian Granada telah berada di tangan bangsa Arab dan Delhi di tangannya yang lain. Pandangan sekilas dalam keberanian, kemegahan, dan cahaya kecerdasan, Arab menyinari bagian yang besar dari dunia... " Kenyataannya adalah Muhammad memberikan kaumnya sebuah hukum dan peraturan yang belum pernah dimiliki mereka sebelumnya.

Mengenai Yesus, ketika orang-orang Yahudi merasa curiga terhadapnya bahwa ia mungkin seorang penipu dengan tujuan menyesatkan ajaran mereka, Yesus mengambil penderitaan untuk meyakinkan mereka bahwa dia tidak datang dengan agama baru. Tidak ada hukum baru dan tidak ada peraturan baru. Saya kutip kata-katanya: "Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau meniadakan kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata kepadamu, 'Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titikpun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi'. "(Matius 5: 17-18).

Dengan kata lain, dia tidak datang dengan hukum atau aturan baru. Dia datang hanya untuk menggenapi hukum lama. Hal inilah yang diberikannya kepada orang-orang Yahudi untuk dimengerti. Kecuali jika ia sedang mencoba menggertak orang-orang Yahudi, agar menerimanya sebagai utusan Allah dan dengan dalih mencoba memasukkan agama baru kepada mereka. Tidak! Utusan Tuhan ini tidak akan pernah berusaha dengan curang untuk menumbangkan agama Tuhan. Dia dengan sendirinya mematuhi hukum. Dia mematuhi perintah-perintah Musa, dan menghormati hari Sabbath. Tidak ada kesempatan seorang Yahudi menunjukkan jari padanya dan berkata, "Mengapa kamu tidak puasa" atau "Mengapa kamu tidak mencuci tanganmu sebelum membelah roti". Yesus menuduh mereka selalu mengatakan bertentangan dengan muridnya, tetapi tidak pernah bertentangan dengannya. Hal ini karena sebagai seorang Yahudi yang baik, ia menghormati hukum-hukum nabi yang men-dahuluinya. Singkatnya, ia tidak menciptakan agama baru dan tidak membawa hukum baru seperti Musa dan Muhammad.

"Apakah hal ini benar?" Saya bertanya kepada Domi-nee.

Dan, ia menjawab, "Ya."

Saya berkata, "Karena itu Yesus tidak seperti Musa , tetapi Muhammad seperti Musa."

7. Bagaimana Mereka Pergi
Musa dan Muhammad meninggal dalam kematian yang wajar, tetapi menurut agama Kristen, Yesus dengan kejam dibunuh di tiang salib. "Apakah hal ini benar?" saya bertanya kepada Dominee.

Dominee menjawab, "Ya."

Saya menegaskan, "Karena itu Yesus tidak seperti Musa, tetapi Muhammad seperti Musa." .

8. Surga Sebagai Tempat Kediaman
Musa dan Muhammad terbaring dikubur dalam bumi, tetapi menurut Anda, Yesus beristirahat di surga. "Apakah hal ini benar?" saya bertanya kepada Dominee. Dominee setuju.
Saya berkata, "Karena itu Yesus tidak seperti Musa , tetapi Muhammad seperti Musa."

Dari buku “THE CHOICE” AHMAD DEEDAT

Read More..