Monday, April 23, 2007

untuk indonesia

Dicari : Pemimpin bertangan besi

Indonesia sarat dengan berbagai masalah yang membutuhkan penyelesaian menyeluruh di setiap bidang masing-masing. Masalah ekonomi yang masih mencoba bangkit dari keterpurukan, pendidikan nasional yang memprihatinkan, kemiskinan yang terus meningkat, lapangan pekerjaan yang semakin jarang, mafia-mafia pengadilan yang semakin merajalela, penyuapan dan berbagai macam uang pelicin hampir di setiap birokrasi, para koruptor yang kabur dan bebas berkeliaran, hukum yang tidak pasti, krisis kepercayaan terhadap pemerintah, aksi-aksi teror dengan atas nama agama, permasalahan kerukunan umat antar beragama, semuanya terus menuntut penyelesaian yang tuntas bagi setiap pemerintahan. Sebagai seorang warga Negara yang turut pihatin dengan keterpurukan bangsa ini, sebuah pertanyaan besar terus menghantui pikiran saya, apakah kita membutuhkan seorang pemimpin bertangan besi untuk menyelesaikan berbagai masalah tersebut? Sebab ketika hukum yang ada sudah tidak mampu memberikan solusi yang tuntas, maka hukum tangan besi mungkin adalah solusi yang terakhir yang bisa diharapkan. How..???
Saya selalu percaya bahwa Indonesia adalah sebuah negeri yang kaya. Kita nyaris mempunyai seluruh kekayaan alam yang dapat menanggung kehidupan bangsa ini, dan menjadikan bangsa ini sebagai Negara terkaya di dunia. Saya pun selalu berandai-andai, bahwa andaikan aset bangsa ini diurus dengan baik dan jujur sejak awal kemerdekaan kita, maka saat ini seharusnya kita telah menjadi sebuah Negara maju yang kaya, makmur dan disegani di dunia. Hanya saja nafsu serakah para pengelola Negara selama 60 tahun ini telah menjerumuskan Negara ini kepada titik yang kita saksikan sekarang. Dan saya selalu percaya bahwa titik awal dari lingkaran setan yang membelenggu bangsa ini adalah korupsi yang dilakukan secara sistematis hampir di setiap instansi pemerintahan. Tidak ada satupun sektor yang menghasilkan uang bagi Negara, kecuali telah tersunat sebagian besarnya di tangan-tangan para koruptor yang saat ini duduk dengan santai melihat bangsa ini jatuh secara perlahan dan saat ini terus bergerak dengan cepat menuju kejatuhan tersebut.
Sebagian orang berpendapat bahwa keterpurukan ini disebabkan oleh kejatuhan ekonomi, bagaimana ekonomi tak jatuh apabila sebagian besar kekayaan alam ini hanya dinikmati oleh segelintir orang?? Dan kalau alasannya adalah bahwa kita kekurangan SDM, dan itu membutuhkan peningkatan mutu pendidikan nasional, dan menggalakkan pendidikan kepada setiap warga, maka kenyataan yang ada saat ini adalah bahwa pendidikan tinggi yang merupakan kawah candradimuka bagi penggodokan SDM yang berkualitas, hanya bisa dinikmati oleh orang-orang kaya. Dengan biaya masuk dan pendidikan di universitas-universitas maupun berbagai sekolah tinggi di negeri ini yang gila-gilaan, bagaimana mungkin rakyat kecil mampu melanjutkan pendidikan ? sementara mereka harus berkutat memikirkan sepiring nasi...? maka solusinya, pemerintah harus memberikan subsidi pendidikan dan mengalokasikan anggaran yang cukup untuk sektor pendidikan, sehingga mampu menekan biaya tinggi yang dipatok setiap perguruan tinggi. Serta memberikan beasiswa-beasiswa bagi para siswa yang tak mampu. Dananya?? Saya amat yakin bahwa sebenarnya negara ini mampu mengalokasikan dana pendidikan melebihi alokasi dana pendidikan yang diberikan di tiap negara maju...ya kita mampu. Tapi dengan syarat pemerintah harus berani dan dengan tangan besi menghukum para koruptor, mengembalikan uang negara yang dikorupsi, menyita aset-aset mereka yang dihasilkan dari uang korupsi, serta memberantas penyakit korupsi ini dengan tuntas. Caranya ? dengan tangan besi tentunya..!! hukum mati para koruptor, bahkan kalau perlu tanpa harus melalui proses peradilan yang berbelit-belit dan berujung kepada kebebasan para koruptor tersebut. Bagaimana tidak ? sementara selama proses pengadilan, puluhan miliar uang sogokan telah berseliweran di saku para hakim. Dengan kualitas peradilan yang seperti ini, bagaimana mungkin kita mempercayai pengadilan kita dalam menghukum para koruptor. Dan pada akhirnya bagaimana mungkin kita mampu mendambakan kesejahteraan bagi bangsa ini ???
Jangan pernah mengampuni para koruptor. Itu intinya...!! ingat bahwa uang yang seharusnya digunakan untuk meningkatkan pendidikan, dan memberikan peluang kepada setiap anak bangsa ini mengecap pendidikan yang layak telah masuk ke dalam kantong para koruptor. Uang yang seharusnya digunakan untuk memberantas kemiskinan, menciptakan ribuan lapangan pekerjaan, telah hilang amblas di telan para koruptor. Uang yang seharusnya digunakan untuk pembangunan negeri ini, dari sabang sampai merauke dan menciptakan keseimbangan yang didambakan antara pusat dan daerah juga ikut disabet para koruptor. Dan uang yang seharusnya digunakan untuk peningkatan kesehatan setiap warga, dan menyelamatkan mereka yang tersiksa karena busung lapar, mereka yang harus tidur beralaskan bumi dan beratapkan langit hampir di setiap penjuru negeri ini, juga ikut dihajar oleh para koruptor. So, dalam berurusan dengan para koruptor, kita sekali lagi butuh seorang pemimpin bertangan besi.
Saat ini, hampir setiap hari kekayaan alam kita dikeruk oleh tangan-tangan rakus yang tidak bertanggung jawab. Berapa ribu hektar hutan yang dilumat setiap harinya dan kayu-kayunya diselundupkan ke luar negeri untuk mempertebal kantong-kantong koruptor dan pada saat yang sama mencekik leher bangsa ini. Berapa ton ikan di perairan kita yang dicuri setiap harinya, sementara kita tak bisa berbuat apa-apa. Kalau alasannya adalah bahwa kita kekurangan tenaga untuk mengawasi luasnya hutan dan perairan kita, maka alasan ini tidak dapat diterima. Sebab, berapa banyak pemuda bangsa ini yang belum mendapat pekerjaan ? jutaan dari mereka menunggu dan terus berharap untuk dapat keluar dari belenggu pengangguran. Dan kalau alasannya adalah kurangnya dana untuk menggaji mereka, maka kalau kita andaikan bahwa kita membutuhkan sekitar lima ribu orang dengan gaji masing-masing dua juta perbulan, maka kita hanya membutuhkan sepuluh miliar untuk mengamankan triliunan kerugian yang harus diderita setiap bulannya apabila kita terus membiarkan pencurian kayu dan ikan di perairan kita berlangsung. Jadi, disamping memberikan peluang kerja bagi ribuan anak bangsa, pada saat yang sama kita juga menyelamatkan aset masa depan yang nilainya triliunan rupiah. Jadi, tinggal pilih. Harus kehilangan triliunan rupiah perbulan dengan tetap berdalih akan kurangnya dana untuk insentif penjaga, atau mengeluarkan beberapa miliar perbulan demi mengamankan triliunan rupiah aset negara...???
Apalagi kalau kita melihat berapa banyak uang negara yang dihambur-hamburkan mereka yang berpredikat sebagai wakil rakyat ? berapa puluh miliar yang mereka habiskan untuk jalan-jalan ke luar negeri pada saat ribuan rakyat negara ini berteriak kelaparan, dan dengan mudahnya mereka berkata bahwa mereka pergi untuk melakukan studi banding. Studi banding apa ? dan mana hasil studi yang mereka maksudkan ? sampai sejauh mana perbaikan yang mampu mereka lakukan sebagai hasil langsung dari studi-studi tersebut..? apakah mereka sudah tidak mempunyai alasan lain yang bisa dipakai untuk mengibuli rakyat ? apakah gaji bersih 30 juta yang diberikan negara ini kepada mereka perbulan- pada saat masih banyak keluarga miskin yang harus puas dengan 200.00 perbulan-, ditambah berbagai tunjangan lainnya belum cukup bagi nafsu-nafsu serakah mereka..? saat ini saya mulai pecaya dan terus bertambah yakin bahwa kebanyakan wakil rakyat kita telah kehilangan hati nurani, bahkan jiwa kemanusiaan pun telah kehilangan tempat di hati mereka. Artinya, rakyat telah salah dalam memilih wakil di DPR, dan artinya lagi kalau dilihat dari sisi ini, maka pemilu 2004 telah gagal total...!!! dan yang lebih menyakitkan adalah ketika para wakil rakyat itu terus menuntut tunjangan-tunjangan lain dan peningkatan dana-dana rapat dan lainnya dengan alasan bahwa apa yang saat ini diterima belum mencukupi...masya Allah...!! mereka beruntung karena saya bukanlah Tuhan. Sebab kalau saja saya Tuhan maka saya telah menjatuhkan azab yang amat pedih bagi mereka sejak jauh hari.

0 komentar:

Post a Comment