Sunday, April 19, 2009

REKAMAN SEJARAH MANUSIA


Segala aktivitas manusia ternyata direkam oleh alam sekitar kita. Ada tiga rekaman yang berlangsung selama hidup kita. Yang pertama adalah rekaman oleh struktur alam. Yang ke dua rekaman oleh struktur otak. Dan yang ke tiga adalah rekaman oleh struktur genetika.

Setiap perbuatan, kata-kata, dan sikap hati kita setiap hari direkam oleh otak dan struktur genetika. Rekaman oleh otak bisa kita buktikan dengan cara sederhana. Bahwa otak kita ternyata memiliki daya ingat alias memori. Ini seperti pita kaset saja layaknya. Atau, lebih cocok, adalah rekaman digital yang dewasa ini semakin lumrah kita gunakan.


Setiap kita berbuat, maka kita menjadi ingat bahwa kita pernah berbuat itu. Setiap kata yang kita ucapkan juga kita ingat, dan suatu ketika akan muncul kembali di lain waktu. Kalau pun kita tidak mengingatnya - entah karena lupa - maka orang lainlah yang bakal mememorikan di dalam otak mereka.
Misalnya, ketika kita berbuat jahat kepada orang lain. Mungkin kita sudah lupa kalau kita berbuat jahat kepadanya, akan tetapi ia selalu ingat bahwa kita pernah berbuat jahat kepadanya. Dan, kalau pun kita semua sudah lupa, maka memori bawah sadar kitalah yang bakal merekam semua yang kita lakukan itu.
Kalau anda pernah melihat orang yang dihipnotis, maka anda akan menyaksikan hal ini, yaitu rekaman alam bawah sadar. Ketika seseorang itu sedang dihipnotis, kemudian kepadanya ditunjukkan barang tertentu, maka orang itu masih akan tetap mengingatnya meskipun ia sudah tersadar dari hipnotisnya.

Otak merekam segala peristiwa yang kita alami dan kemudian akan kita ingat selama kita masih hidup. Atau sampai suatu ketika nanti, saat kita dibangkitkan kembali di hari pengadilan. Tapi struktur genetika kita ternyata bisa merekam segala kejadian yang menimpa kita secara lintas generasi. Kenapa demikian? Karena sifat-sifat yang terkandung dalam struktur genetika kita itu ternyata diwariskan kepada anak keturunan kita.
Jadi struktur genetika kita yang sekarang ada di dalam tubuh ini adalah warisan orang tua kita. Separo berasal dari bapak, dan separonya dari ibu. Demikian pula yang dimiliki oleh orang tua kita, berasal dari orang tua mereka, separo dari bapak, separo dari ibu. Demikian selanjutnya. Struktur genetika kita itu mengandung gen-gen nenek moyang kita. Entah berapa persen dari yang ada pada diri kita itu, adalah gennya manusia pertama.

Dengan kata lain, struktur gen di dalam tubuh kita ini merekam sejarah manusia secara beruntun ke masa lalu. Ia mewariskan sifat-sifat dan 'pengalaman' orang-orang tua kita di jamannya. Lho, benarkah gen ini merekam 'pengalaman' mereka? Bukankah gen hanya mewariskan sifat-sifat dasar saja?
Dulu dikira begitu. Dikira gen-gen di dalam tubuh kita ini hanya mewariskan sifat-sifat dasar - bahkan hanya sifat fisik - saja. Ternyata penelitian mutakhir menunjukkan semua itu tidak benar. Struktur gen kita ternyata bisa merekam berbagai kebiasaan dan tingkah laku yang kita miliki. Ia merekam karakter dan watak. Ia merekam pola pikir. Ia merekam berbagai sifat yang secara berulang-ulang kita lakukan dalam hidup kita.

Bahkan ilmuwan Jepang Kazuo Murakami menghasilkan penelitian yang sangat mencengangkan, yang mengantarkan dia memenangkan penghargaan Max Planck Award di tahun 1990, dan penghargaan Japan Academy Prize di tahun 1996. Bahwa kebiasaan tertawa pun berpengaruh dan terekam di dalam struktur gen kita. Dan kemudian diwariskan kepada anak cucu kita.
Ini benar-benar mengubah cara pandang kita terhadap gen. Bahwa kualitas gen sangat dipengaruhi oleh bukan hanya kualitas fisik, melainkan juga sikap mental yang kita jalani semasa hidup...! Dia memperkenalkan teori 'nyala-padam' yang telah saya singgung di depan.

Kebiasaan bersikap baik ternyata menghasilkan suatu mekanisme yang mempengaruhi gen-gen kita agar berkualitas baik pula. Sebaliknya kebiasaan bersikap buruk, juga bakal mempengaruhi kualitas gen kita menjadi buruk.
Mungkin, sekarang anda jadi mengerti kenapa orang yang suka marah-marah dan tidak sabaran misalnya, akan memiliki penyakit yang berkait dengan liver dan diabetes. Perilaku emosional lainnya bisa berdampak pada tekanan darah dan jantung, misalnya? Ternyata, itu bukan hanya akibat mekanisme organik di dalam tubuhnya, melainkan juga disebabkan oleh mekanisme yang bersifat genetik di inti-inti sel.
Sebab, penyempitan pembuluh darah dan gangguan mekanisme jantung itu ternyata disebabkan oleh menyelewengnya reaksi-reaksi biokimiawi di dalam sel pembuluh darah. Padahal reaksi biokimiawi itu terjadi atas perintah gen-gen di dalam inti sel.

Setiap saat di dalam sel yang jumlahnya puluhan triliun ini terjadi reaksi biokimiawi tiada henti. Ya, badan kita adalah sebuah pabrik biokimia raksasa. Setiap saat kita makan dan minum memasukkan bahan-bahan biokimia yang kemudian dicerna oleh sistem pencernaan kita, lantas diedarkan ke seluruh tubuh, dan diubah menjadi energi secara besar-besaran untuk menunjang seluruh aktivitas kita. Semua itu terjadi di dalam sel-sel yang berjumlah triliunan. Mereka serempak bekerjasama untuk menghasilkan apa yang dibutuhkan oleh tubuh. Kesalahan sedikit saja dalam proses-proses seluler itu akan menyebabkan munculnya gangguan dalam sistem tubuh kita, yang kita sebut sebagai penyakit.

Perkembangan mutakhir terhadap berbagai macam penyakit menunjukkan bahwa ini ada kaitannya dengan kerja genetika di tingkat seluler. Penyakit seperti diabetes, jantung, liver, gangguan saraf, pencernaan, kanker, dan sebagainya ternyata tidak bisa dilepaskan dari bergesernya fungsi genetika kita.
Ini kini menjadi pembahasan hangat di kalangan ilmuwan biologi kedokteran. Sehingga mereka ramai-ramai melakukan penelitian terobosan untuk bisa melakukan pengobatan lewat jalur rekayasa genetika. Karena di sinilah rupanya akar permasalahan penyakit yang menggerogoti tubuh seorang pasien.

Jumlah gen di dalam setiap sel kita adalah sama. Akan tetapi ada yang berfungsi - menyala - dan ada yang tidak berfungsi alias padam. Jika kita bisa menyalakan gen-gen yang positif maka kita akan menjadi sehat. Sebaliknya, jika kita menyalakan gen-gen negatif, kita bakal sakit.
Jadi ternyata, gen-gen kita sudah memiliki potensi positif dan negatif itu. Tinggal, bagaimana caranya agar yang aktif adalah gen-gen yang positif saja. Sehingga bermanfaat untuk meningkatkan kualitas hidup kita.
Menariknya, berpikir positif bisa menyalakan gen-gen positif. Sedangkan berpikir negatif bakal menyalakan gen-gen negatif. Jika kita berpikir negatif, maka gen-gen negatif itu bakal menyulut reaksi-rekasi biokimia yang negatif pula dalam diri kita. Kita pun sakit, karenanya.

Apa maksud dari semua yang saya jelaskan tentang mekanisme genetika ini? Saya ingin mengajak pembaca untuk memahami bahwa gen-gen kita itu ternyata bisa dipengaruhi oleh sikap mental kita, dan berbagai peristiwa yang terjadi dalam pengalaman hidup kita.
Celakanya, jika hal itu terus menerus terjadi, pengaruhnya akan bersifat permanen dan terekam di dalam struktur gen. Dan kemudian diwariskan kepada generasi berikutnya. Anak-anak kita. Di antaranya sebagai penyakit-penyakit keturunan dan sifat-sifat bawaan. Kecenderungan itu akan muncul seiring dengan situasi dan kondisi yang mempengaruhinya.

Maka kita melihat, bahwa pengalaman dan sejarah hidup orang-orang terdahulu ternyata terekam secara beruntun di dalam gen-gen kita sebagai generasi terkini. Dengan kata lain, peristiwa-peristiwa yang terjadi di generasi terdahulu tercatat di dalam struktur genetika generasi sesudahnya. Kalau kita runut terus ke masa lalu, maka kita akan mendapati bahwa seluruh sejarah kehidupan manusia masa lalu ternyata terekam di struktur genetika manusia sekarang. Termasuk gen-gen manusia generasi pertama. Atau pun gen-gen makhluk hidup sebelum mereka.

Jika benar, manusia ini berasal dari makhluk yang lebih rendah derajatnya dibandingkan dengan manusia, mestinya gen-gen mereka terekam dan terdapat di struktur genetika manusia masa kini...
Lantas, bagaimana realitasnya? Para ilmuwan mikrobiologi - khususnya para ahli genetika - baru saja menyelesaikan pemetaan struktur genetika pada manusia. Bahwa ternyata genetika manusia terdiri dari sekitar 3-5 miliar kode-kode yang sangat rumit.
Akan tetapi mereka sangat bersemangat, karena di dalamnya terkandung informasi yang sangat menakjubkan. Di antaranya, adalah rekaman sejarah tentang asal-usul kehidupan manusia mulai dari generasi awal sampai generasi terkini.

Data-data fosil yang selama ini menjadi andalan para ahli palaentologi untuk merekonstruksi asal-usul kehidupan manusia agaknya bakal menjadi data sekunder belaka, di masa depan. Karena, rekaman sejarah kemanusiaan mulai terkuak dari penelitian biomolekuler dalam struktur genetika kita sendiri...


Read More..

Friday, April 17, 2009

Kisah lain di balik Pemilu


Pemilu legislatif yang baru saja usai menyisakan kisah lain di luar carut marut politik dan berbagai masalah kecurangan yang banyak diangkat.
Kisah ini berhubungan dengan para caleg yang telah banyak berkorban materi dan tenaga serta waktu untuk merebut satu kursi di legislative. Nah, ketika hasil pemilu tidak sesuai dengan yang diharapkan, dan tidak sebanding dengan biaya yang telah terkuras, mereka mulai linglung dan kemudian banyak yang stress. Sebuah republic yang unik. Kursi legislative tidak hanya diperebutkan oleh mereka yang layak, tapi juga terbuka bagi orang-orang gila yang ternyata selama ini tidak menyadari kegilaannya. Jadi di sisi ini, pemilu mempunyai hikmah yang juga unik, yaitu membuka mata masyarakat kita bahwa ternyata selama ini banyak orang gila di sekeliling mereka, dan kekalahan dalam pemilu membukakan jalan bagi orang-orang gila tadi untuk membuka tabir kegilaannya.


Memang, setelah pemilu digelar, barita-berita yang menghiasi wajah surat kabar nasional terbagi kepada dua hal. Yang pertama tentu saja tentang penghitungan suara, kecurangan-kecurangan yang dituduhkan, dimulai dari persoalan DPT, manipulasi suara dll……tuntutan kepada KPU dan bahkan Presiden, dan masalah-masalah lain yang berhubungan dengan kekisruhan pemilu. Nah, hal kedua adalah tentang sikap para caleg yang gagal tadi. Mulai dari yang stress, gila, bahkan sampai bunuh diri dan membunuh orang lain yang diduga mengejek kekalahannya. Juga berita tentang caleg yang berusaha meminta kembali uang ataupun hadiah yang diberikan kepada pemilih sebelum pemilu agar mereka mencentang namanya pada saat pemilihan, namun ketika suara yang didapat mengkhianati perjanjian tadi, maka uangpun harus kembali…keciaan..
Namun hal ini ternyata sudah diantisipasi oleh banyak Rumah sakit Jiwa yang jauh-jauh hari sudah menyiapkan kamar-kamar untuk para caleg yang stres. RSJ Semarang, Yogya, Pekan Baru, adalah sedikit di antara RSJ-RSJ lain yang mengantisipasi fenomena ini. Jadi bagi anda-anda yang mempunyai saudara, kenalan, teman, atau tetangga yang gagal jadi caleg, silahkan segera mendapatkan nomor telp RSJ terdekat di wilayah anda, karena siapa tahu dalam waktu dekat ini anda akan membutuhkannya……
106-03-01
17/4/09 22.57

Read More..

Thursday, April 16, 2009

Indonesia Tidak Dijajah Selama 350 tahun


Tanggal 8 Maret, 66 Tahun Lalu

"Wij sluiten nu.Vaarwel, tot betere tijden. Leve de Koningin!" (Kami akhiri sekarang. Selamat berpisah sampai waktu yang lebih baik. Hidup Sang Ratu!). Demikian NIROM (Nederlandsch Indische Radio Omroep Maatschappij/Maskapai Radio Siaran Hindia Belanda) mengakhiri siarannya pada tanggal 8 Maret 1942.

Enam puluh enam tahun yang lalu, tepatnya 8 Maret 1942, penjajahan Belanda di Indonesia berakhir sudah. Rupanya "waktu yang lebih baik" dalam siaran terakhir NIROM itu tidak pernah ada karena sejak 8 Maret 1942 Indonesia diduduki Pemerintahan Militer Jepang hingga tahun 1945. Indonesia menjadi negara merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945.

Masyarakat awam selalu mengatakan bahwa kita dijajah Belanda selama 350 tahun. Benarkah demikian? Untuk ke sekian kalinya, harus ditegaskan bahwa "Tidak benar kita dijajah Belanda selama 350 tahun".

Masyarakat memang tidak bisa disalahkan karena anggapan itu sudah tertulis dalam buku-buku pelajaran sejarah sejak Indonesia merdeka! Tidak bisa disalahkan juga ketika Bung Karno mengatakan, "Indonesia dijajah selama 350 tahun!" Sebab, ucapan ini hanya untuk membangkitkan semangat patriotisme dan nasionalisme rakyat Indonesia saat perang kemerdekaan (1946-1949) menghadapi Belanda yang ingin kembali menjajah Indonesia.

Bung Karno menyatakan hal ini agaknya juga untuk meng-counter ucapan para penguasa Hindia Belanda. De Jong, misalnya, dengan arogan berkata, "Belanda sudah berkuasa 300 tahun dan masih akan berkuasa 300 tahun lagi!" Lalu Colijn yang dengan pongah berkoar, "Belanda tak akan tergoyahkan karena Belanda ini sekuat (Gunung) Mount Blanc di Alpen."

Tulisan ini akan menjelaskan bahwa anggapan yang sudah menjadi mitos itu, tidak benar. Mari kita lihat sejak kapan kita (Indonesia) dijajah dan kapan pula penjajahan itu berakhir.

Kedatangan penjajah

Pada 1511, Portugis berhasil menguasai Malaka, sebuah emporium yang menghubungkan perdagangan dari India dan Cina. Dengan menguasai Malaka, Portugis berhasil mengendalikan perdagangan rempah-rempah seperti lada, cengkeh, pala, dan fuli dari Sumatra dan Maluku. Pada 1512, D`Albuquerque mengirim sebuah armada ke tempat asal rempah-rempah di Maluku. Dalam perjalanan itu mereka singgah di Banten, Sundakalapa, dan Cirebon. Dengan menggunakan nakhoda-nakhoda Jawa, armada itu tiba di Kepulauan Banda, terus menuju Maluku Utara, akhirnya tiba juga di Ternate.

Di Ternate, Portugis mendapat izin untuk membangun sebuah benteng. Portugis memantapkan kedudukannya di Maluku dan sempat meluaskan pendudukannya ke Timor. Dengan semboyan "gospel, glory, and gold" mereka juga sempat menyebarkan agama Katolik, terutama di Maluku. Waktu itu, Nusantara hanyalah merupakan salah satu mata rantai saja dalam dunia perdagangan milik Portugis yang menguasai separuh dunia ini (separuh lagi milik Spanyol) sejak dunia ini dibagi dua dalam Perjanjian Tordesillas tahun 1493. Portugis menguasai wilayah yang bukan Kristen dari 100 mil di sebelah barat Semenanjung Verde, terus ke timur melalui Goa di India, hingga kepulauan rempah-rempah Maluku. Sisanya (kecuali Eropa) dikuasai Spanyol.

Sejak dasawarsa terakhir abad ke-16, para pelaut Belanda berhasil menemukan jalan dagang ke Asia yang dirahasiakan Portugis sejak awal abad ke-16. Pada 1595, sebuah perusahaan dagang Belanda yang bernama Compagnie van Verre membiayai sebuah ekspedisi dagang ke Nusantara. Ekpedisi yang dipimpin oleh Cornelis de Houtman ini membawa empat buah kapal. Setelah menempuh perjalanan selama empat belas bulan, pada 22 Juni 1596, mereka berhasil mendarat di Pelabuhan Banten. Inilah titik awal kedatangan Belanda di Nusantara.

Kunjungan pertama tidak berhasil karena sikap arogan Cornelis de Houtman. Pada 1 Mei 1598, Perseroan Amsterdam mengirim kembali rombongan perdagangannya ke Nusantara di bawah pimpinan Jacob van Neck, van Heemskerck, dan van Waerwijck. Dengan belajar dari kesalahan Cornelis de Houtman, mereka berhasil mengambil simpati penguasa Banten sehingga para pedagang Belanda ini diperbolehkan berdagang di Pelabuhan Banten. Ketiga kapal kembali ke negerinya dengan muatan penuh. Sementara itu, kapal lainnya meneruskan perjalanannya sampai ke Maluku untuk mencari cengkih dan pala.

Dengan semakin ramainya perdagangan di perairan Nusantara, persaingan dan konflik pun meningkat. Baik di antara sesama pedagang Belanda maupun dengan pedagang asing lainnya seperti Portugis dan Inggris. Untuk mengatasi persaingan yang tidak sehat ini, pada 1602 di Amsterdam dibentuklah suatu wadah yang merupakan perserikatan dari berbagai perusahaan dagang yang tersebar di enam kota di Belanda. Wadah itu diberi nama Verenigde Oost-Indische Compagnie (Serikat Perusahaan Hindia Timur) disingkat VOC.

Pemerintah Kerajaan Belanda (dalam hal ini Staaten General), memberi "izin dagang" (octrooi) pada VOC. VOC boleh menjalankan perang dan diplomasi di Asia, bahkan merebut wilayah-wilayah yang dianggap strategis bagi perdagangannya. VOC juga boleh memiliki angkatan perang sendiri dan mata uang sendiri. Dikatakan juga bahwa octrooi itu selalu bisa diperpanjang setiap 21 tahun. Sejak itu hanya armada-armada dagang VOC yang boleh berdagang di Asia (monopoli perdagangan).

Dengan kekuasaan yang besar ini, VOC akhirnya menjadi "negara dalam negara" dan dengan itu pula mulai dari masa Jan Pieterszoon Coen (1619-1623, 1627-1629) sampai masa Cornelis Speelman (1681-1684) menjadi Gubernur Jenderal VOC, kota-kota dagang di Nusantara yang menjadi pusat perdagangan rempah-rempah berhasil dikuasai VOC. Batavia (sekarang Jakarta) menjadi pusat kedudukan VOC sejak 1619, Ambon dikuasai tahun 1630. Beberapa kota pelabuhan di Pulau Jawa baru diserahkan Mataram kepada VOC antara tahun 1677-1705. Sementara di daerah pedalaman, raja-raja dan para bupati masih tetap berkuasa penuh. Peranan mereka hanya sebatas menjadi "tusschen personen" (perantara) penguasa VOC dan rakyat.

"Power tends to Corrupt." Demikian kata Lord Acton, sejarawan Inggris terkemuka. VOC memiliki kekuasaan yang besar dan lama, VOC pun mengalami apa yang dikatakan Lord Acton. Pada 1799, secara resmi VOC dibubarkan akibat korupsi yang parah mulai dari "cacing cau" hingga Gubernur Jenderalnya. Pemerintah Belanda lalu menyita semua aset VOC untuk membayar utang-utangnya, termasuk wilayah-wilayah yang dikuasainya di Indonesia, seperti kota-kota pelabuhan penting dan pantai utara Pulau Jawa.

Selama satu abad kemudian, Hindia Belanda berusaha melakukan konsolidasi kekuasaannya mulai dari Sabang-Merauke. Namun, tentu saja tidak mudah. Berbagai perang melawan kolonialisme muncul seperti Perang Padri (1821-1837), Perang Diponegoro (1825-1830), Perang Aceh (1873-1907), Perang di Jambi (1833-1907), Perang di Lampung (1834-1856), Perang di Lombok (1843-1894), Perang Puputan di Bali (1846-190 , Perang di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah (1852-190 , Perlawanan di Sumatra Utara (1872-1904), Perang di Tanah Batak (1878-1907), dan Perang Aceh (1873-1912).

Peperangan di seluruh Nusantara itu baru berakhir dengan berakhirnya Perang Aceh. Jadi baru setelah tahun 1912, Belanda benar-benar menjajah seluruh wilayah yang kemudian menjadi wilayah Republik Indonesia (kecuali Timor Timur). Jangan lupa pula bahwa antara 1811-1816, Pemerintah Hindia Belanda sempat diselingi oleh pemerintahan interregnum (pengantara) Inggris di bawah Letnan Gubernur Thomas Stamford Raffles.

Saat-saat akhir

Pada 7 Desember 1941, Angkatan Udara Jepang di bawah pimpinan Laksamana Nagano melancarkan serangan mendadak ke pangkalan angkatan laut AS di Pearl Harbour, Hawaii. Akibat serangan itu kekuatan angkatan laut AS di Timur Jauh lumpuh. AS pun menyatakan perang terhadap Jepang. Demikian pula Belanda sebagai salah satu sekutu AS menyatakan perang terhadap Jepang.

Pada 18 Desember 1941, pukul 06.30, Gubernur Jenderal Hindia Belanda Jenderal Tjarda van Starkenborgh Stachouwer melalui radio menyatakan perang terhadap Jepang. Pernyataan perang tersebut kemudian direspons oleh Jepang dengan menyatakan perang juga terhadap Pemerintah Hindia Belanda pada 1 Januari 1942. Setelah armada Sekutu dapat dihancurkan dalam pertempuran di Laut Jawa maka dengan mudah pasukan Jepang mendarat di beberapa tempat di pantai utara Pulau Jawa.

Pemerintah Kolonial Hindia Belanda memusatkan pertahanannya di sekitar pegunungan Bandung. Pada waktu itu kekuatan militer Hindia Belanda di Jawa berjumlah empat Divisi atau sekitar 40.000 prajurit termasuk pasukan Inggris, AS, dan Australia. Pasukan itu di bawah komando pasukan sekutu yang markas besarnya di Lembang dan Panglimanya ialah Letjen H. Ter Poorten dari Tentara Hindia Belanda (KNIL). Selanjutnya kedudukan Pemerintah Kolonial Belanda dipindahkan dari Batavia (Jakarta) ke Kota Bandung.

Pasukan Jepang yang mendarat di Eretan Wetan adalah Detasemen Syoji. Pada saat itu satu detasemen pimpinannya berkekuatan 5.000 prajurit yang khusus ditugasi untuk merebut Kota Bandung. Satu batalion bergerak ke arah selatan melalui Anjatan, satu batalion ke arah barat melalui Pamanukan, dan sebagian pasukan melalui Sungai Cipunagara. Batalion Wakamatsu dapat merebut lapangan terbang Kalijati tanpa perlawanan berarti dari Angkatan Udara Inggris yang menjaga lapangan terbang itu.

Pada 5 Maret 1942, seluruh detasemen tentara Jepang yang ada di Kalijati disiapkan untuk menggempur pertahanan Belanda di Ciater dan selanjutnya menyerbu Bandung. Akibat serbuan itu tentara Belanda dari Ciater mundur ke Lembang yang dijadikan benteng terakhir pertahanan Belanda.

Pada 6 Maret 1942, Panglima Angkatan Darat Belanda Letnan Jenderal Ter Poorten memerintahkan Komandan Pertahanan Bandung Mayor Jenderal J. J. Pesman agar tidak mengadakan pertempuran di Bandung dan menyarankan mengadakan perundingan mengenai penyerahan pasukan yang berada di garis Utara-Selatan yang melalui Purwakarta dan Sumedang. Menurut Jenderal Ter Poorten, Bandung pada saat itu padat oleh penduduk sipil, wanita, dan anak-anak, dan apabila terjadi pertempuran maka banyak dari mereka yang akan jadi korban.

Pada 7 Maret 1942 sore hari, Lembang jatuh ke tangan tentara Jepang. Mayjen J. J. Pesman mengirim utusan ke Lembang untuk merundingkan masalah itu. Kolonel Syoji menjawab bahwa untuk perundingan itu harus dilakukan di Gedung Isola (sekarang gedung Rektorat UPI Bandung). Sementara itu, Jenderal Imamura yang telah dihubungi Kolonel Syoji segera memerintahkan kepada bawahannya agar mengadakan kontak dengan Gubernur Jenderal Tjarda van Starkenborgh Stachouwer untuk mengadakan perundingan di Subang pada 8 Maret 1942 pagi. Akan tetapi, Letnan Jenderal Ter Poorten meminta Gubernur Jenderal agar usul itu ditolak.

Jenderal Imamura mengeluarkan peringatan bahwa "Bila pada 8 Maret 1942 pukul 10.00 pagi para pembesar Belanda belum juga berangkat ke Kalijati maka Bandung akan dibom sampai hancur." Sebagai bukti bahwa ancaman itu bukan sekadar gertakan, di atas Kota Bandung tampak pesawat-pesawat pembom Jepang dalam jumlah besar siap untuk melaksanakan tugasnya.

Melihat kenyataan itu, Letnan Jenderal Ter Poorten dan Gubernur Jenderal Tjarda beserta para pembesar tentara Belanda lainnya berangkat ke Kalijati sesuai dengan tanggal dan waktu yang telah ditentukan. Pada mulanya Jenderal Ter Poorten hanya bersedia menyampaikan kapitulasi Bandung. Namun, karena Jenderal Imamura menolak usulan itu dan akan melaksanakan ultimatumnya. Akhirnya, Letnan Jenderal Ter Poorten dan Gubernur Jenderal Tjarda menyerahkan seluruh wilayah Hindia Belanda kepada Jepang tanpa syarat. Keesokan harinya, 9 Maret 1942 pukul 08.00 dalam siaran radio Bandung, terdengar perintah Jenderal Ter Poorten kepada seluruh pasukannya untuk menghentikan segala peperangan dan melakukan kapitulasi tanpa syarat.

Itulah akhir kisah penjajahan Belanda. Setelah itu Jepang pun menduduki Indonesia hingga akhirnya merdeka 17 Agustus 1945. Jepang hanya berkuasa tiga tahun lima bulan delapan hari.

Analisis

Berdasarkan uraian di atas, kita bisa menghitung berapa lama sesungguhnya Indonesia dijajah Belanda. Kalau dihitung dari 1596 sampai 1942, jumlahnya 346 tahun. Namun, tahun 1596 itu Belanda baru datang sebagai pedagang. Itu pun gagal mendapat izin dagang. Tahun 1613-1645, Sultan Agung dari Mataram, adalah raja besar yang menguasai seluruh Jawa, kecuali Banten, Batavia, dan Blambangan. Jadi, tidak bisa dikatakan Belanda sudah menjajah Pulau Jawa (yang menjadi bagian Indonesia kemudian).

Selama seratus tahun dari mulai terbentuknya Hindia Belanda pascakeruntuhan VOC (dengan dipotong masa penjajahan Inggris selama 5 tahun), Belanda harus berusaha keras menaklukkan berbagai wilayah di Nusantara hingga terciptanya Pax Neerlandica. Namun, demikian hingga akhir abad ke-19, beberapa kerajaan di Bali, dan awal abad ke-20, beberapa kerajaan di Nusa Tenggara Timur, masih mengadakan perjanjian sebagai negara bebas (secara hukum internasional) dengan Belanda. Jangan pula dilupakan hingga sekarang Aceh menolak disamakan dengan Jawa karena hingga 1912 Aceh adalah kerajaan yang masih berdaulat. Orang Aceh hanya mau mengakui mereka dijajah 33 tahun saja.

Kesimpulannya, tidak benar kita dijajah Belanda selama 350 tahun. Yang benar adalah, Belanda memerlukan waktu 300 tahun untuk menguasai seluruh Nusantara.
Oleh Nina Herlina L.
Penulis, Guru Besar Ilmu Sejarah Unpad/Ketua Masyarakat Sejarawan Indonesia Cabang Jawa Barat/Ketua Pusat Kebudayaan Sunda Fakultas Sastra Unpad.
http://forum.nationalgeographic.co.id/forum.php?id=11

Read More..

ayat suci dalam kromosom manusia


Dr. Ahmad Khan seorang peneliti lulusan Summa Cumlaude dari Duke University menemukan informasi lain selain konstruksi Polipeptida yang dibangun dari kodon DNA.
DNA (Deoxy Nucleotida Acid) sendiri merupakan materi genetik yang membawa informasi yang dapat diturunkan. Di dalam sel manusia DNA dapat ditemukan pada inti sel dan di dalam mitokhondria.
Di dalam inti sel, DNA membentuk satu kesatuan untaian yang disebut kromosom. Setiap sel manusia yang normal memiliki 46 kromosom yang terdiri dari 22 pasang kromosom somatik dan 1 pasang kromosom sex (XX atau XY)
Dalam dunia biologi dan genetika dikenal banyaknya DNA yang hadir tanpa memproduksi protein sama sekali.


Area tanpa produksi ini disebut Junk DNA atau DNA sampah.
Kenyataannya DNA tersebut menurut Ahmad Khan jauh sekali dari makna sampah. Menurut hasil hasil risetnya, Junk DNA tersebut merupakan untaian firman-firman Allah sebagai pencipta serta sebagai tanda kebesaran Allah bagi kaum yang berpikir.
Setelah bekerjasama dengan adiknya yang bernama Imran, seorang yang ahli dalam analisis sistem, laboratorium genetiknya mendapatkan proyek dari pemerintah.
Proyek tersebut awalnya ditujukan untuk meneliti gen kecerdasan pada manusia. Dengan kerja kerasnya Ahmad Khan berupaya untuk menemukan huruf Arab yang mungkin dibentuk dari rantai Kodon pada kromosom manusia.
Sampai kombinasi tersebut menghasilkan ayat-ayat Al Qur”an. Akhirnya pada tanggal 2 Januari tahun 1999 pukul 2 pagi, ia menemukan ayat yang pertama “Bismillah ir Rahman ir Rahiim. “Iqra bismirrabbika ladzi Khalq”, “Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan”.
Ayat tersebut adalah awal dari surat Al-A”laq yang merupakan surat pertama yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad di Gua Hira.
Anehnya setelah penemuan ayat pertama tersebut ayat lain muncul satu persatu secara cepat. Sampai sekarang ia telah berhasil menemukan 1/10 ayat Alquran.
Ahmad Khan kemudian menghimpun penemuan-penemuannya dalam beberapa lembar kertas yang banyak memuat kode-kode genetika rantai kodon pada cromosome manusia yaitu; T, C, G, dan A masing-masing kode Nucleotida akan menghasilkan huruf Arab yang apabila dirangkai akan menjadi firman Allah yang sangat mengagumkan.

Read More..

Wednesday, April 15, 2009

PKS................


Fakta membuktikan sampai saat ini bahwa PKS berhasil tampil sebagai partai yang bersih dan peduli, sesuai dengan jargon yang diusungnya. Selain itu PKS juga kental dengan identitas keislaman yang disandangnya walaupun tidak secara “brutal” mengusung penerapan syariah islam seperti yang dilakukan PBB. Dengan track record yang baik tadi, plus identitas sebagai partai islam, mestinya di Negara yang berpenduduk mayoritas islam PKS bisa menjadi jawara dalam pemilu yang dilakukan, atau paling tidak mendapat sekurang-kurangnya 20% seperti yang ditargetkan partai itu sendiri. Namun sampai saat ini PKS hanya menduduki peringkat keempat dan ini diprediksikan akan tetap, dan hanya mendapatkan 8% lebih.

Sebelum pemilu dilaksanakan, PKS terlihat berusaha membuka diri dan menampilkan kepada masyarakat bahwa mereka adalah partai semua golongan, sebuah usaha yang mungkin agak terlambat untuk menepis anggapan yang beredar umum di masyarakat bahwa PKS adalah partai kelompok tertentu, partai yang ekslusif.
Maneuver tentang pemilihan presiden dan wapres pun justru terlihat lebih membingungkan, bahkan cenderung “lucu”. Semua menyaksikan bagaimana PKS begitu sumringah ketika JK mengunjungi markas mereka di Mampang setelah menyatakan siap maju sebagai capres, dan PKS begitu gegap gempita berusaha menyandingkan JK dengan HNW. Dan tak lama kemudian berbelok menjadi SBY-HNW setelah JK bertemu dengan Mega.
Setelah pemilu, PKS terlihat semakin linglung. Ketika wacana SBY-JK kembali menguat seiring dengan perolehan suara Demokrat yang memuncaki daftar klasemen perolehan suara, dan Golkar di peringkat 2 dan 3 karena saling salip dengan PDI P, salah seorang petinggi PKS melontarkan sebuah ungkapan yang lagi-lagi lucu, bahwa mereka akan menarik dukungan apabila SBY kembali dengan JK. Yang saya fahami, JK tidak pantas lagi disandingkan dengan SBY karna status quo atau kinerja yang plin plan dan kekuatan Golkar di parlemen yang menurut mereka sering menghadang kebijakan SBY. Kalau memang seperti itu, kenapa mereka begitu bersemangat mendukung pencalonan JK sebagai capres beberapa saat lalu dan bahkan langsung menyambut dengan menawarkan HNW sebagai wapres??? Namun ini pun tidak lama berlangsung karena salah seorang petinggi nya kembali berusaha menjernihkan situasi dan mengembalikan posisi PKS ke sumbu koalisi PD. Akhirnya, seorang awam seperti saya cenderung menyimpulkan bahwa jelas ada perpecahan di dalam tubuh PKS, ini mulai terlihat sejak adanya keinginan menduetkan JK dengan HNW yang ditentang sebagian elemen di dalam tubuh PKS. Dan ini semakin terlihat ketika elemen yang menolak JK-HNW tadi mengeluarkan statemen penolakan SBY-JK kembali. Mungkin ada yang mengatakan bahwa perbedaan pendapat dalam internal sebuah partai adalah hal yang biasa, namun menurut saya, pada titik ini, PKS mulai mengikuti “sunnah” partai-partai lain yang terpecah ketika perbedaan-perbedaan mendasar seperti ini dibiarkan berlarut, sehingga saya tidak akan heran apabila kemudian pada tahun-tahun mendatang akan muncul PKS Perjuangan atau PKS pembaharuan…sebuah bayangan yang terlalu ironis untuk partai seperti PKS….
Jadi, kembali kepada perolehan suara PKS yang terpaku di bawah 10% mungkin pada satu sisi terlihat tidak adil. Bukan kah PKS yang menunjukkan kepedulian melebihi partai-partai lain? Dibanding Golkar dan PDI P, PKS jelas lebih bersih dan bebas dari dosa panjang politik sebelum reformasi seperti yang dimiliki Golkar dan PDI P. Dengan Demokrat jelas PKS lebih “tua”, namun apa yang menyebabkan Demokrat mampu melejit bahkan melebihi dua parpol besar ?? atau dalam redaksi lain, apa yang dimiliki Demokrat dan tidak dimiliki oleh PKS?
Ketika membandingkan antara PKS dengan PD, yang pertama terlintas adalah label Nasionalis dan Islamis yang melekat di pundak kedua partai. Dalam dua pemilu terdahulu kita lihat pemenangnya juga berasal dari partai nasionalis. Dan partai islam harus tetap puas berada di papan tengah. Apa yang salah dengan muslim Indonesia?? Kenapa kepercayaan kepada partai nasionalis melebihi kepercayaan mereka kepada partai islam, dan kalau menilik pemenang pemilu sesungguhnya (dibaca Golput), maka ternyata label islam tidak cukup untuk menarik simpati rakyat, dan label islam juga tidak bisa menjamin mendapat kepercayaan dari rakyat yang meyoritas muslim.
Dengan pengalaman semenjak merdeka sampai sekarang dimana partai nasionalis senantiasa memimpin dalam setiap pemilu yang diselenggarakan, sepertinya rakyat merasa jauh lebih nyaman dengan apa yang selama ini mereka rasakan. Sehingga label islam yang diusung sejumlah partai tidak cukup menarik bagi mereka dan bahkan cenderung menakutkan. Jadi kalau dikatakan bahwa perolehan partai islam khususnya PKS tidak mampu menyaingi partai-partai nasionalis mapan karena keengganan mereka melakukan politik uang dalam merebut hati pemilih, saya rasa alas an ini juga kurang tepat. Toh banyak kita baca di berbagai media tentang caleg-caleg yang stress karena tidak memperoleh suara sesuai yang diharapkan, sementara biaya yang telah dikeluarkan untuk “membeli” suara telah banyak dihamburkan, dan di tempat lain juga banyak caleg yang menarik kembali hadiah yang diberikan kepada masyarakat ketika mengetahui bahwa mereka tidak memilihnya ketika pemilu. Semua fakta di atas membuktikan bahwa pemilih sudah cukup cerdik untuk menentukan pilihannya dan tidak melulu terikat kepada sogokan-sogokan politik yang diberikan caleg. Bagi mereka, kalaupun dikasih uang ya diambil, untuk urusan pilihan mereka akan memilih yang mereka anggap baik. Jadi alasan bahwa PKS mendapatkan suara minim karena tidak ikut-ikutan money politic adalah naïf.
Disamping itu, ciri ekslusif yang selama ini terlanjur melekat pada PKS juga menjadi salah satu factor kenapa tidak semua pemilih parpol islam memilih PKS. Satu hal yang tidak bisa dipungkiri bahwa PKS didirikan dan dibidani oleh sebuah kelompok islam yang terlihat “berbeda” dari yang lain. Fakta bahwa mereka bersih, jujur, peduli, professional, dan lainnya tidak cukup mampu menarik mereka yang terlanjur melihat mereka berbeda. Bahkan ketika kemudian PKS berusaha lebih membuka diri untuk menarik dukungan dari masyarakat yang lebih luas, fakta bahwa mungkin sekitar 99% caleg yang mereka ajukan berasal dari kalangan mereka, tidak cukup memback up langkah keterbukaan tadi. Sehingga pemilih muslim yang memilih parpol islam pun enggan mendekat ke PKS dan lebih memilih parpol islam lainnya.

KDI 106-03-01
150409 21.16

Read More..