Thursday, March 12, 2009

Politik gonjang ganjing ( 3 )

Hari ini JK bertemu dengan Mega. Pertemuan dua pucuk pimpinan dari dua partai terbesar ini menjadi headline berita-berita politik dalam negeri. Berbagai spekulasi dimunculkan. Apakah pertemuan ini hanya kongkow-kongkow politik biasa, sebuah pertemuan silaturahmi yang masih terlalu jauh apabila dikaitkan dengan isu koalisi, sebagaimana kehadiran JK di kantor pusat PKS beberapa waktu lalu yang berakhir dengan bias tanpa adanya deal-deal politik yang jelas. Ataukah pertemuan ini merupakan penjajagan akan terwujudnya satu koalisi yang kokoh yang melibatkan dua partai besar?

Dari hasil pertemuan yang menghasilkan lima kesepakatan yang terdiri dari : 1. Membangun pemerintahan yang kuat untuk mewujudkan kemajuan bangsa dan kesejahteraan rakyat. 2. Memperkuat sistem pemerintahan presidensial sesuai dengan amanat UUD 1945 yang memiliki basis dukungan yang kokoh di DPR. 3. Memperkuat sistem ekonomi untuk melaksanakan program ekonomi yang berdaulat, mandiri, dan berorientasi pada kepentingan rakyat. 4. Mempererat komunikasi politik PDI Perjuangan dan Partai Golkar sebagai perwujudan tanggung jawab dua partai politik terbesar Pemilu 1999 dan Pemilu 2004. 5. Menyukseskan pelaksanaan Pemilu 2009 secara jujur, adil, langsung, umum, bebas dan rahasia serta aman dan bermartabat. Kesepakatan ini ditandatangani langsung oleh keduanya, tetapi dibacakan oleh Sekjen Golkar Soemarsono dan Sekjen PDI-P Pramono Anung secara bergantian.
Dari poin-poin yang disepakati, bayangan akan proses menuju koalisi seolah makin jelas paling tidak bagi saya yang awam politik. Khususnya poin satu yang jelas-jelas menyebutkan kesepakatan untuk Membangun pemerintahan yang kuat untuk mewujudkan kemajuan bangsa dan kesejahteraan rakyat. Sepertinya kesepakatan ini akan sulit diwujudkan tanpa koalisi antara mereka dan kemudian bahu membahu dalam satu pemerintahan.
Koalisi dua partai ini di mata saya akan menciptakan sebuah pemerintahan yang kokoh, kedua partai ini sama2 partai tua yang sangat mengakar di masyarakat. Kesamaan platform menjadikan koalisi di antara mereka lebih mudah dan penyatuan program akan berjalan mulus. Namun sekarang timbul beberapa pertanyaan, siapa di antara mereka yang mengalah dan bersedia menerima pos nomor 2? Apakah Mega-JK ataupun JK-Mega cukup populer? Karena untuk pemilihan presiden, pemilih lebih mengedepankan figur yang dipilih, bukan partai pengusung. Kemungkinan Mega untuk menerima posisi RI 2 amat kecil dan pengajuannya sebagai capres merupakan harga mati. Sedangkan JK, apabila ternyata suara Golkar lebih unggul dibanding PDIP, apakah ia bersedia kembali mengalah dan kembali menempati posisi 2?

Selanjutnya dimana partai islam apabila koalisi tadi terwujud? Apakah PKS akan diikutkan dalam koalisi? Kita sering mendengar, dalam politik apapun bisa terjadi. Bahkan walaupun Golkar dan PDI-P merasa sudah cukup kuat dengan koalisi raksasa mereka, namun PKS juga tidak bisa diabaikan dalam merangkul suara islam dan kaum muda perkotaan. Sedangkan partai-partai islam yang lain sepertinya sulit untuk diperhitungkan mengingat semakin tidak populernya partai-partai tersebut di masyarakat. Kalau boleh saya coba-coba mengira-ngira, maka di luar Golkar dan PDI-P yang akan memimpin, dibawahnya akan bersaing Demokrat dengan PKS, kuda hitam yang layak diperhitungkan mungkin hanya Gerindra. Sedangkan partai-partai lain sepertinya hanya akan bertarung agar tidak terdegradasi pada pemilu berikutnya.

Lalu bagaimana dengan Demokrat? Sepertinya kesombongan demokrat akan dibalas dengan menjauhnya partai-partai yang pada pemerintahan sekarang berkoalisi dengan mereka. walaupun lembaga2 survey banyak yang mengunggulkan Demokrat, tapi sepertinya itu terlalu jauh. Karena bagaimana pun Demokrat hanyalah partai baru yang terdongkrak berkat sosok SBY. Ketika popularitas SBY menurun, dengan sendirinya perolehan suara partai akan ikut menurun, persis dengan PAN dan Amin Rais nya. Jadi, dengan merapatnya Golkar kepada PDI-P dan PKS yang jg merancang koalisi dengan Golkar, sepertinya beban Demokrat semakin berat. Paling tidak, sebagai langkah awal mereka harus mendapatkan minimal 20% suara untuk kembali dapat mengusung SBY. Dan tanpa koalisi dengan partai lain sepertinya itu sulit terwujud. Dan kalau mereka tidak pandai-pandai membawa diri dan merangkul partai lain bisa jadi mimpi untuk menampilkan kembali SBY tinggal kenangan.

Bagaimanapun masih terlalu dini memperkirakan pasangan-pasangan yang akan maju sebagai capres-cawapres mendatang, mengingat partai-partai politik pun berkali-kali menyatakan masih menunggu hasil pemilu legislatif untuk menentukan langkah politik selanjutnya. Jadi, menarik untuk mengikuti perkembangan deal-deal politik yang akan dibuat nanti. Sekali lagi, segala kemungkinan masih bisa, dan apapun masih bisa terjadi di dunia politik republik kita.
12/3/2009
22.35

KDI Imaroh 106/03/01



0 komentar:

Post a Comment