Thursday, March 12, 2009

Politik gonjang ganjing ( I )

Semakin mendekati hari H pemilu, ranah politik Republik tercinta makin memanas. Partai-partai politik saling melakukan maneuver-manuver dan berbagai langkah yang cenderung zig-zag yang akhirnya semakin membingungkan. Tentunya membingungkan bagi orang seperti saya yang tidak mengerti politik tapi coba-coba berusaha ngertiin, ga membingungkan bagi mereka yang ga peduli dan bahkan bagi golongan ini apapun yang dilakukan partai-partai tersebut sama sekali ga perlu dipikirin apatah lagi "dibingungin". Sedangkan bagi mereka yang "faham" politik, maneuver-manuver yang saling menelikung ini justru semakin menarik dan semakin membangkitkan daya kritis dan seolah menghentak-hentak gairah untuk terus menganalisa gerak demi gerak yang dilakukan.

Lembaga-lembaga survey pun bahkan ikut2an bikin bingung. Berbagai survey-survey terakhir yang dihasilkan oleh lembaga survey malah menjadi boomerang yang berbalik menghantam kredibilitas lembaga-lembaga tersebut. Tuduhan-tuduhan bahwa lembaga tertentu telah "dibeli" oleh partai tertentu lantas menyeruak seiring dengan bertolak belakang nya hasil-hasil yang ditelurkan. Dan akhirnya, saya rasa saat ini sudah banyak yang mencibir dan sama sekali tidak mempercayai lembaga-lembaga survey yang ada. Termasuk saya.

Beberapa waktu lalu partai-partai politik berlomba-lomba untuk meng-klaim keberhasilan yang dibuat pemerintah. Dan tentunya itu semua dilakukan sebagai bentuk dari kampanye. Yang punya presiden mengklaim keberhasilan secara umum, penurunan BBM yang belum pernah ada sejarahnya (padahal semua juga tau kl penurunan itu karma minyak dunia juga melorot drastis), atau keberhasilan pemerintah dalam menyelesaikan konflik2 terutama konflik aceh, dan keberhasilan2 bla bla bla…yang punya wakil presiden jg mengedepankan peran besar sang wakil presiden dalam menyelesaikan konflik2 diatas dan merasa tersinggung karna peran itu tidak disinggung ketika partai presiden menyinggung keberhasilan di bidang tersebut. Partai yang punya mentri di bidang pertanian juga tidak mau kalah, dengan seolah menepuk dada mengatakan : lihatlah wahai bangsaku…inilah mentri dari kader partai kami yang sukses di bidang pertanian….kita tidak perlu lagi mengimpor beras sodara2!!! Saling klaim keberhasilan ini bagi saya amat menggelikan, sangat-sangat childish.

Ketika satu pemerintahan berjalan, seharusnya tidak ada lagi baju-baju partai karma yang ada adalah pemerintahan republic Indonesia secara keseluruhan. Presiden yang ada adalah presiden seluruh rakyat, mentri yang terpilih adalah mentri seluruh rakyat, bukan mentrinya partai anu atau anu, sehingga apapun keberhasilan atau kegagalan yang didapat, merupakan prestasi dari keseluruhan, bukan keberhasilan atau kegagalan partai tertentu. Setidaknya itu yang saya fahami.

Urusan tentang siapa yang akan jadi orang nomor 1 di republic pun semakin kabur dan persaingan ke tampuk pimpinan tersebut bertambah seru. Duet SBY- JK yang tadinya dianggap paling berpeluang untuk meneruskan misinya menjadi buyar ketika JK diusung partainya sebagai capres dan kemudian sampai saat ini beliau berkali-kali menyatakan kesediaannya, tentunya semua itu Demi Bangsa dan Negara. Megawati yang bernafsu untuk kembali merasakan nikmatnya jadi presiden masih mencari-cari dan menyeleksi sosok-sosok yang dianggap pantas mendampinginya sekaligus mendongkrak perolehan suara. Capres-capres independent mental ketika MK menolak adanya capres independent. Sultan yang tadinya cukup pe de dengan dukungan Golkar untuk maju sebagai capres menjadi mengerucut dalam sekejap bagitu JK menyatakan kesediaannya. Bagaimana pun JK is the Boss. Mengharapkan keberuntungan Wiranto ketika mengalahkan Akbar tanjung dalam konvensi capres Golkar sepertinya hampir mustahil. Saat itu Akbar hanya sebatas ketua partai, sedangkan JK juga wapres incumbent dengan sederet prestasi yang terus digembar-gemborkan. Rizal Ramli pun sampai sekarang hanya mampu mengumpulkan beberapa partai kecil yang rasanya berat untuk mendapat suara yang cukup bahkan untuk menghindar dari electoral threshold sekalipun. Sehingga akhirnya nama-nama yang beredar saat ini mengerucut ke 3 orang. Yaitu SBY, JK, dan Megawati.
Namun saya pribadi meragukan kemampuan partai democrat untuk bermain sendir mengusung kembali SBY. Tanpa dukungan koalisi dari partai-partai lain yang justru memilih meninggalkan SBY ditambah Golkar yang bertekad mengusung JK, bisa-bisa pada saatnya nanti, hanya tinggal dua nama yang beredar memperebutkan posisi RI 1, yaitu JK dan Megawati.

0 komentar:

Post a Comment